Mengenang Tsunami Aceh
June 19, 2012 4 Comments
Ada destinasi berlabel wajib ketika berkunjung ke Banda Aceh. Yaitu Museum tsunami Aceh. Berlokasi di Jalan Iskandar Muda, museum ini bisa menjadi rujukan untuk mengenang, mencari tahu dan belajar dari bencana tsunami dasyat yang mengguncang Tanah Rencong pada 26 Desember 2004.
Bentuk bangunan ini langsung menarik perhatian. Saat dipandang dari jauh, bangunan bergaya rumah panggung tersebut menyerupai kapal laut lengkap dengan cerobongnya. Sejak berangkat dari Solo, saya dan teman seperjalanan, Lutfiyah, sudah memasukkan kunjungan ke museum ini dalam agenda kami.
Beruntung kami ditemani tiga orang teman dari Banda Aceh. Salah satunya benar-benar lahir dan besar di Tanah Rencong. Alhasil, tur di museum menjadi lebih menarik karena dibumbui cerita nyata tentang dasyatnya tsunami yang memakan korban lebih dari 100.000 jiwa tersebut.
Ketika menapak ke dalam museum hasil karya M Ridwan Kamil yang diresmikan pada Februari 2008, kami disambut lorong sempit bersuara khas. Ternyata, di kedua sisi lorong dibuat semacam tiruan air terjun yang mengeluarkan suara bergemuruh. Konsep tersebut menggambarkan kedasyatan gelombang tsunami yang dipicu gemba besar berskala 8,9 richter.
Menapak makin ke dalam, kenangan tentang tsunami Aceh kian mencengkeram. Bagi saya yang selama ini hanya mengikuti bencana besar itu dari media massa, museum ini menawarkan sesuatu yang lebih nyata dari sekadar gambar di televisi atau rangkaian tulisan di surat kabar. Mau tak mau, rasa haru menyeruak.
Yang menarik perhatian adalah keberadaan sebuah ruang beratap tinggi yang disekiling dindingnya bertuliskan nama-nama para korban tsunami. Ketika melongok ke atas, terlihat sebuah ornamen bertuliskan lafal Allah yang diterangi cahaya. Sayup-sayup juga terdengar suara orang mengaji. Semua itu menjadi simbol bahwa nasib manusia tak bisa lepas dari suratan Yang Maha Kuasa.
Di museum dapat juga dipajang foto-foto tentang tsunami, ruang pamer pra, saat dan pasca tsunami, serta berbagai diorama, salah satunya kapal nelayan yang diterjang gelombang tsunami. Pengunjung juga bisa belajar banyak di ruang peraga maupun ruangan 4D. Sebuah film pendek tentang tsunami juga bisa dinikmati. Selain penuh dengan kenangan, museum ini sangat sarat dengan muatan edukasi.
Banda Aceh, Oktober 2011
Agak kagek juga baca tulisanmu di luar berita olahraga. ternyata gak kalah ma trinity. Congrats, you did it like a pro!
hidup jalan2 mas…hehehhehe 🙂
Ah.. Salah satu museum yang paling aku suka nih.. Gak bosen deh aku ke sini berkali-kali. Check it out juga mbak post blog ku hasil kunjungan terakhir kali ke Museum Tsunami di http://buzzerbeezz.wordpress.com/2012/06/11/museum-tsunami-in-black-and-white/
someday pengen ke sana lagi…pokoknya belum puas mengeksplor banda aceh…:):)