Biji Lotus Camilan Khas Kamboja

IMG_1018

Pedagang biji lotus

Perjalanan darat dari Ho Chi Minh, Vietnam ke Phnom Penh, Kamboja sebenarnya agak membosankan. Tapi, jalur darat adalah alternatif termurah dan mudah untuk traveling ke Ho Chi Minh, Phnom Penh dan Siem Riep sekaligus. Total kita harus duduk manis di bus selama enam sampai tujuh jam untuk sampai di Ibukota Kamboja, Phnom Penh. Jika ingin lanjut ke Siem Riep untuk menyambangi Angkor Wat masih harus terkurung di bis enam jam lagi.

Sepanjang perjalanan menuju Phnom Penh tak banyak pemandangan indah yang menyejukkan mata. Apalagi setelah memasuki kawasan Kamborja. Negeri yang pernah dijuluki Hell on Earth gara-gara pembantaian oleh rezim Khmer Merah tersebut tampak kering, berdebu dan gersang. Mungkin karena kedatangan saya dan dua kawan perjalanan bertepatan bertepatan dengan musim kemarau. Ladang-ladang di pinggir-pinggir jalan kusam karena kekurangan air. Sedangkan sapi-sapi kurus berjuang mencari makan di tengah ladang gersang. Di pinggir jalan, rumah-rumah panggung dari kayu yang sederhana bersanding dengan rumah agak modern bertembok. Motor-motor juga berseliweran, seringkali ditumpangi tiga orang. Bedanya dengan di Indonesia, motor-motor di Kamboja lebih jadul.

Bus yang membawa kami terisi penuh. Ada beberapa wajah turis asal Barat dan beberapa orang Asia, termasuk kami. Tapi mayoritas bus dijejali wajah-wajah lokal, Vietnam dan Kamboja. Mereka asyik bengkerama dan sesekali tertawa terpingkal-pingkal gara-gara tontonan di televisi. Saat itu televisi di bus memutar acara sandiwara lokal, mirip-mirip acara ludruk di Indonesia. Sepertinya lucu banget, soalnya penumpang lokal tak henti-henti tertawa. Kami bertiga plus turis-turis lain hanya bisa menatap heran sambil menerka-nerka isi cerita sandiwara super lucu itu.

Setelah melewati border Kamboja, bus yang kami tumpangi sempat berhenti sebentar, entah di mana. Tempat pemberhentian itu cukup ramai. Banyak pedagang-pedagang asongan yang langsung mengerumuni bis dan menawarkan barang dagangannya. Ada yang berjualan mangga yang sudah diiris-iris, kemudian makanan-makanan lokal lain. Saya cuma mengamati dari dalam bus tanpa punya niat untuk membeli. Tapi, ada barang dagangan yang cukup menarik perhatian. Warnanya hijau segar, berbentuk seperti bola kecil dibelah jadi dua. Beberapa warga lokal Kamboja di bus kami membeli makanan tersebut  dan langsung menyantapnya. Ternyata, makanan tersebut bisa dikupas dan di dalamnya ada biji-bijian seperti kacang. Nah, biji-biji itulah yang disantap.

Karena penasaran, kami bertanya kepada kondektur bus yang kebetulan juga berperan sebagai semacam pemandu wisata. Pria muda yang ganteng dan jago berbahasa Inggris itu dengan ramah menjawab peryatanyaan kami. Ternyata, makanan aneh khas Kamboja tersebut adalah biji lotus alias teratai, tanaman yang banyak dijumpai di pinggiran jalan sepanjang perbatasan Vietnam-Kamboja hingga Phnom Penh.Biji lotus ini dimakan mentah-mentah, tidak perlu digoreng atau direbus terlebih dahulu. “Mau mencoba?” tanya si kondektur kepada kami.

Penampakan biji lotus

Penampakan biji lotus

Kami pun mengangguk senang. Dia kemudian berbicara dengan seorang ibu paruh baya yang duduk di seberang kami. Kebetulan ibu tersebut membeli biji lotus cukup banyak. Tak lama kemudian, sang ibu menyodorkan beberapa biji lotus kepada kami diiringi senyum ramah. Dengan gerakan isyarat dia minta kami segera mencoba biji lotus yang disodorkannya. “Bagaimana ini makannya?” tanya kami kepada mas kondektur. Dia langsung memberi contoh di hadapan kami. Ternyata mudah.

Dengan ragu-ragu saya mencoba camilan khas Kamboja itu. Semoga enak, kata saya dalam hati. Tapi harapan tinggal harapan. Rasa biji lotus ini ternyata tak senikmat kacang rebus! Rasanya agak-agak pahit kurang pas di lidah. Kalau orang Jawa menyebutnya sepet. Baru mengunyah satu atau dua biji lotus, saya langsung menyerah. Makanan lokal Kamboja yang satu ini mungkin memang bukan tercipta untuk kami. So, nasib biji-biji lotus itu berakhir di dalam tas kami. Lumayan buat kenang-kenangan, walaupun tak bertahan lama.

About yusmei
Tergila-gila dengan membaca dan menulis...Punya mimpi menelusuri sudut-sudut dunia

7 Responses to Biji Lotus Camilan Khas Kamboja

  1. Moersalijn says:

    gk keselek makannya tuh? rasanya gmn ya….??

  2. Mufidatul ilma says:

    I ever visit phnomphen and hochimin city, even’t good view every street bus , but its very good memories ever after, eat lotus is not bad taste😁

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: