Motoran Santai Keliling Da Nang
March 19, 2014 57 Comments
Nama kota di Vietnam Tengah ini cukup unik. Da Nang. Setiap bercerita saya akan pergi ke Da Nang, beberapa teman salah sangka. Mereka mengira saya akan pergi rumah Danang teman sekantor saya!
Ekspektasi saya terhadap kota ini awalnya datar. Setelah mengulik info di Internet, saya menilai Da Nang masih kalah pamor dibandingkan kota tetangga, Hoi An, yang menjadi tujuan utama perjalanan saya bersama para sahabat 1,5 tahun lalu. Da Nang dikenal sebagai kota pelabuhan, bukan kota wisata. Namun jangan salah, Da Nang merupakan aset penting Negeri Paman Ho, serta menjadi terbesar ketiga di Vietnam setelah Ho Chi Minh dan Hanoi. Kota ini berada di di tengah-tengah antara Hanoi dan Ho Chi Minh. Nah, karena bukan tujuan utama, kami memutuskan tidak berlama-lama di Da Nang, hanya sekitar 26 jam.
Setelah dua malam menginap di Hoi An ( Di sini ceritanya) , kami bertolak ke Da Nang pada pagi hari naik mobil sejenis travel. Mobil mampir dulu ke salah satu objek wisata sebelum mengantarkan kami ke pusat kota Da Nang. Tempat yang kami datangi adalah Marble Mountains, sebuah situs peninggalan agama Buddha yang berdiri gagah di perbukitan. Terdapat beberapa pagoda dan gua-gua berisi patung-patung dewa, yang hingga kini masih digunakan sebagai tempat beribadah. Daerah sekitar Marble Mountain sendiri dikenal sebagai sentra pembuat kerajinan berbahan marmer yang dibentuk menjadi patung-patung dewa, maupun berbagai macam perhiasan.
Saat memandang ke perbukitan, saya dan para sahabat, Aning, Krisna, Akbar dan bapak Aning, langsung ciut nyali. Mendaki ke atas pasti menguras tenaga. Untunglah, pengelola Marble Mountain punya ide brilian dengan menyediakan fasilitas lift! Dengan hanya merogoh uang tambahan 15.000 VND, kami bisa sampai di atas dengan cepat. Nah, baru saat turunnya kami memilih menapaki ratusan anak tangga. Hidup memang harus seimbang bukan?
Bagian terbaik dari Marble Mountain adalah puncak Thuy Son. Dari sana pengunjung dapat melihat pemandangan kota Da Nang dari ketinggian. Benar-benar indah dan membuat betah, apalagi saat itu langit sedang berwarna biru cerah.
Puas mengeksplor Marble Mountains, kami diantar menuju penginapan di tengah kota Da Nang. Karena belum capek, kami enggan berlama-lama ngendon di penginapan. Acara berikutnya cari makan dan jalan-jalan. Untuk berkeliling kota, kami memutuskan menyewa sepeda motor. Kebetulan pihak hostel menyediakan sepeda motor sewaan. Berapa harga sewanya, saya agak lupa, tapi tidak mahal. Agar tidak tersesat, kami juga menyewa seorang guide yang ramah, Mr. Hai namanya. Sayalah yang kebagian membonceng Mr.Hai.
Bersepeda motor di Da Nang ternyata menyenangkan. Lalu lintas di kota ini cukup teratur, tidak semrawut seperti di Ho Chi Minh. Sepeda motor bisa melenggang dengan santai tanpa diinterupsi suara klakson bertalu-talu seperti yang selalu saya dengar ketika berada di jalanan Ho Chi Minh. Yang agak merepotkan mungkin cuma aturan berkendara di sisi kanan. Saya pun berpesan kepada Mr Hai supaya jangan ngebut, takut teman-teman lain ketinggalan. Mereka jelas tidak berani melaju kencang-kencang.
Tujuan pertama kami setelah menukarkan uang di dekat pasar tradisional adalah Cham Museum. Sepanjang jalan, Mr Hai selalu berusaha mengajak ngobrol dan bercanda. Sayangnya sering berujung miskomunikasi. Logat Inggris Mr. Hai benar-benar sangat sulit dimengerti. Tapi percapakapan tetap jalan terus meski kadang tidak nyambung. Hahaha.
Gedung museum berwarna kuning mencolok. Tempat yang dibangun pada 1915 oleh orang Prancis ini menyimpan dan memamerkan benda-benda yang bertalian dengan seni ukiran dari Kerajaan Champa. Jika ingin mengenal lebih mendalam kebudayaan Champa, ini adalah tempat yang tepat. Suasana di dalam museum begitu tenang, nyaman untuk mengamati satu persatu koleksi museum. Meskipun bukan ahli seni, saya bisa melihat patung-patung dan koleksi lain di Museum Cha mini sangat berharga dan bernilai seni tinggi.
Puas menjelajahi museum, kami bersiap melanjutkan perjalanan. Destinasi kedua yang kami datangi adalah tempat ibadah ajaran Chao Dai yang penganutnya di Vietnam cukup besar. Pengalaman ke tempat ibadah ini sangat mengesankan, bahkan saya anggap paling menarik di antara semua tempat yang kami datangi di Da Nang. Cerita tentang kunjungan kami ke kuil Cao Dai bisa disimak di sini.
Matahari mulai merangkak ke arah barat ketika kami menyambangi destinasi ketiga, Linh Ung Buddhist Temple. Mr Hai mengarahkan sepeda motornya menuju ke pinggiran kota. Rute yang kami lewati kali ini sangat asyik. Banyak pemandangan yang menyegarkan mata. Sebagai pembonceng, saya bisa membidikkan kamera ke spot-spot menarik sepanjang jalan. Mr Hai juga menepati janjinya tak memacu sepeda motor terlalu kencang.
Selepas dari kota, kami berkendara menyusuri jalanan yang bersisihan dengan pantai. Konsentrasi pun pecah, antara ingin melihat jalanan di depan atau melemparkan pandangan ke garis pantai. Sama-sama menyenangkan!
Mendekati Linh Ung Buddhist Temple yang merupakan tempat ibadah di bukit, saya terpekik girang. Dari jauh kami disuguhi pemandangan sebuah patung raksasa berwarna putih bersih menjulang tinggi, Ukurannya raksasa. Semakin dekat ke lokasi, kami semakin antusias. Patung raksasa itu ternyata ikon utama Linh Ung, yaitu patung Quan The Am setinggi 67 meter. Itu hanyalah satu dari sejumlah patung menarik lainnya yang dipajang di sana. Salah satu spot yang tak kalah indah adalah gerbang Linh Ung Buddhis Temple di bagian atas. Gerbang tersebut sangat memesona jika langit sedang cerah dan berwarna biru bersih!
Melewati pantai tanpa mampir jelas rugi besar. Kami pun memutuskan menutup sesi motoran hari itu dengan bersantai-santai di pantai. Lokasi pantai cukup dekat dari pusat kota. Wilayah sekitar pantai ditata rapi, berhias tanaman yang diatur dengan cita rasa seni. Duduk-duduk tenang sembari melepas pandangan ke pantai dan aktivitas sekitar menjadi penutup sesi motoran santai hari itu. Berkeliling Da Nang dengan menggunakan sepeda motor ternyata memang pilihan tepat. Santai, praktis dan asyik.
Da Nang, Oktober 2012
Itu model baju pengantennya kaya tahun 90-an dg topi dan bunga bunga…
Urusan mode, orang Vietnam memang kalah jauh dari Indonesia kakak 🙂
Pantes so old year….
Bangettt :))
aku belon ke Danang, bagus juga ya
Bagus kok non, trus sekalian ke hoi an
Seru juga ternyata naik motor, tapi panas nya pasti juara. gw kapan lalu kapok2 waktu di ayuthaya, bikin gosong kebakar gara2 naik sepeda 😦
Da Nang gak sepanas ayutthaya mas, kalau ayutthayza panadnya memang juaraaa.,,
Damn…blm sempet ke Vietnam nih! 😛
Loh dulu katanya mau ke sana mas? Belum jadi ya? Buruan berangkat mas 🙂
Lha piye…rutenya dibatalkan sepihak sama AA. Jadinya main ke HK aja deh 😛
Huehehehe iya ding baru inget. Eh kabar teman2 di ukraina gimana mas? Aku sempet kirim email ke staf kbri tau belum dibalas..
Hmm…beberapa aman krn lagi di luar negeri, tapi temen2ku yg di Crimea kasian, harus pisah dari sanak saudara yg tinggal di kota2 lain. Tmnku yg di Donetsk jg ketakutan, di dkt rumahnya pernah ada demo, bentrok pro & anti Rusia trs ada orang yg mati ditusuk…kacau deh 😦
Aahh..yang paling miris harus pisah dengan sanak saudara. “Batas negara” kadang memang kejam ya mas.
Kotanya bagus, mbak. Di sana kota kecil pun tetep bersih ya.
Kalau kota kecil malah bersih guh, tp kalau kota besar malah semerawut 🙂
Oh gitu ya. Cerita yg di Hoi An udah ditulis, mbak?
yang Hoi An udah ditulis juga. Ini ada link-nya
https://usemayjourney.wordpress.com/2013/04/10/mencemburui-hoi-an/
https://usemayjourney.wordpress.com/2013/04/10/mencemburui-hoi-an/
Aku pengen ke Da Nang …. Aku pengen ke Da Nang …. Aku pengen ke Da Nang
*merapal mantra*
Pasti bisa ke sana! amin 🙂
ya ,,ya,,ya..amiin *ikut mendoakan *
Amiiiin 🙂
kirain main kerumah Danan 🙂
Main ke rumah mas danan wahyu? Ah jauuh :))))
landcape kotanya bagus ya. Dan sepertinya aku lebih tertarik ke sini drpd HCMC. Kamu sempet ke Hoi An juga?
lanskape mayan bagus koh. Tapi kalau HCMC juga ada uniknya, merasakan vietnam yang ruwet. Dulu malah lebih lama di Hoi An, nginep dua malam di sana. Nah Hoi An lebih asik lagi daripada Da Nang, tapi memang agak turistik. Kalau Da Nang gak terlalu banyak turis. Ini sing tulisan tentang Hoi An
https://usemayjourney.wordpress.com/2013/04/10/mencemburui-hoi-an/
https://usemayjourney.wordpress.com/2013/03/27/melarung-lilin-harapan/
Aku belom pernah ke Vietnam, semoga bisa mampir suatu saat 🙂
Amiiin mbak…nanti ke sana bareng dedek baby 🙂
Aaaaaa pengen banget ke Vietnam, tapi maunya 1 bln gitu overland keliling ASEAN biar puas. Nantikan gampang bisa tanya2 kamu klo bingung ya kaa. muehehee
Ide bagus tuh overland sebulan, asal kantornya acc…kalau aku overland sebulan, pulang-pulang dikasih surat PHK put hahaha
mantap kota da nang kapan ya BLUSUKAN ke sana?
Berarti nanti judulnya Pak Danang blusukan ke Da Nang ya pak 🙂
sekilas, Da Nang terlihat lebih modern ya dibanding Hanoi atau Halong, paling ngga, keliatan lah itu gedung2 bertingkat yang rada bagusan. xixixixi .. 😀
Hahaha nek karo Ho Chi Minh beda-beda tipis, mung luwih rapi 🙂
Seru banget sih motoran keliling-keliling. 🙂 Jadi pingin cobain sendiri. Dulu pernah ngerasain cuman sebentar, dibonceng orang hostel di Hanoi.
kalau keliling di Hanoi pasti lebih ruwet, motornya kebanyakan ya frista. Kalau di Danang lebih tenang…:)
itu nggak jajan duren nya kak? rasane duren vietnam koyo opo ya?
Sayangnya daku gak doyan durian kak, jadi gak pengin nyicip 🙂
iya, aku tau… kamu gak doyan durian, tapi doyannya berondong kan? kan?
Ah kamu tahu aja kak, berondong itu kan gurih! -__-
sebagai ketua berondong se solo raya, jelas gahu sepak terjangmu lah kak…
*pilin jenggot*
Situ masih berondong? *cek KTP. Katanya berondong itu bikin awet muda. Tapi ini kenapa dibahas di siniiii?
hahahaha sini berondong senior kak, udah berpengalaman :p
*isih lanjut dibahas wae*
Sebagai ketua berondong senior soloraya, brarti anggotanya banyak ya kak? Sini kak liat liat list-nya hahahaha
#eaaa aslinya keluar!! hahahaha
Upps!!
Penasaran sama kota2 di Vietnam. Kayaknya lebih santai gitu ya life socialnya. Sptnya kalo ke vietnam bsk nih, nggak sempat mampir Da Nang, waktu mepet *hiks
Kalau vietnam tengah memang agak santai. Tapi kalau hanoy atau ho chi minh ruwettt 🙂 🙂
Pingback: Review Buku: Backpacking Vietnam | The TraveLearn
Whoaaaa…. seperti diteriakin Da Nang.. Da Nang… 😀 *lari-lari ngejar angkot…
Pengen banget ke Museum Champa-nya krn katanya banyak koleksi patung yang serupa dengan patung di candi-candi Jawa.
Hahaha buruan berangkat, penerbangannya cuma 3 jam-an kok *kompor. Iyaa banyak banget patung2 yang kayak di sini. Ada kok foto2-nya, tp gak diupload semua 🙂
ft kedua dri akhir kurang mesra… ^.^
Hahaha aku iso dirajam kalau fotone cedak2 mas
Sepertinya seru ya mba ke Vietnam. Aku belum. Belum khatam ASEAN nih hehe
seruuu banget,,,ntar kalau ke Vietnam sekalian saja bob dari selatan sampai utara. Seru 🙂
Kayak nya perlu belajar nih ke mb Yus Mei sebelum ke Da Nang 🙂
Boleeeh mbak 😀