Museum “Sementara” Koes Plus
April 7, 2014 27 Comments
Setiap generasi punya kiblat musik masing-masing. Seperti saya misalnya. Sebagai bagian generasi 90-an, telinga saya sudah dikapling oleh lagu-lagu Dewa 19, Kla Project, dan Padi. Sampai sekarang pun saya masih hapal dan mendadak melankolis jika mendengar lagu-lagu mereka didendangkan.
Nah, ketika menyebut Koes Plus, saya pun tahu. Namun, tahu sangat berbeda dengan mengenal secara mendalam. Yang saya ketahui waktu itu, Koes Plus adalah salah satu grup musik legendaris Indonesia. Sejumlah lagunya juga tak terlalu asing di telinga. Tapi, terlalu pede jika saya mengklaim mengenal grup musik itu, termasuk kisah dan perjalanan karier mereka.
Pembuktian dari minimnya pengetahuan saya tentang Koes Plus adalah saat berkunjung ke Museum Kambang Putih, Tuban, tahun lalu. Museum yang terletak di pusat kota Tuban ini menyimpan banyak warisan budaya. Jenis-jenis koleksinya antara lain uang Indonesia sejak kali pertama dikeluarkan, beberapa jenis alat musik tradisional, koleksi fosil dan benda-benda purbakala, juga wayang kulit dan wayang golek.
Bersama rombongan tukang jalan santai yang beranggotakan Azizah, Halim serta tuan rumah, Mbak Dian dan Endah, kami mengeksplor koleksi museum dengan antusias. Rasa ingin tahu kami membuat durasi kunjungan menjadi panjang, padahal bangunan museum tak terlalu besar. Lagipula Tuban sedang panas-panasnya, bisa sekalian berteduh. J
Ruangan demi ruangan kami telusuri. Sampai di ruangan terakhir, tepatnya di sebelah kiri pintu masuk, kami mendapatkan kejutan. Ruangan tersebut ternyata menyimpan koleksi-koleksi unik yang berkaitan dengan Koes Plus, grup musik asal Tuban. Ada tulisan di dinding “Museum Koes Bersaudara/Plus”. Seperti museum di dalam museum. Lho Koes Plus ternyata dari Tuban? Jujur saya baru. Itu juga sebagai bukti dangkalnya pengetahuan saya tentang grup musik berjuluk The Beatles Indonesia itu.
Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik mengalami masa keemasan pada era tahun 1970-an itu berasal dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur. Anggotanya merupakan alumnus SMK Negeri 1 Tuban. Personelnya beberapa kali mengalami bongkar pasang. Beberapa yang awet antara lain Tonny Koeswoyo, Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo dan Murry.
Memorabilia Koes Plus disimpan di etalase kaca yang sederhana. Saat itu kami tak sempat bertanya-tanya detail tentang koleksi museum Koes Plus itu. Beruntung saya menyimpan nomor telepon salah satu penjaga museum. Mas Roni namanya. Dari beliau saya mendapat sedikit cerita tentang koleksi-koleksi museum Koes Plus. Koleksi yang bisa kita jumpai di ruangan tersebut antara lain kaset album Koes Plus Volume 01, Volume 02, Volume 05, Volume 08 hingga Volume 11. Ada juga foto personel band tersebut dari masa ke masa, serta poster dan piringan hitam. Mas Roni menuturkan memorabilia Koes Plus ada di Museum Kambang Putih sejak 25 Februari 2013. Kaset berjumlah 25 buah, sedangkan piringan hitamnya ada 12.
Seluruh koleksi Koes Plus di Museum Kambang Putih berstatus titipan sambil menunggu pendirian Museum Koes Plus yang sesungguhnya. Istilahnya seperti museum sementara saja. Tapi kapan Museum Koes Plus akan didirikan belum ada kepastian hingga kini. “Kalau piringan hitam itu koleksi pribadi Mas Yok. Beliau juga yang sering ke Museum Kambang Putih bersama Pak Murry, sebelum Pak Murry meninggal,” kisah Mas Roni.
Saya memang lebih tepat disebut Sobat Padi atau Baladewa, tapi menemukan sekeping cerita tentang Koes Plus menjadi pengalaman yang mengesankan. Dan pengalaman itu saya dapatkan langsung di kota asal grup legendaris tersebut, Tuban.
Tuban, November 2013
Wah boleh nih kapan-kapan mampir ke sini. Baru tau kalau Koes Plus itu dari Tuban. Keluarga suamiku juga dari Tuban. 🙂
Sama dong baru tahu kalau Koes Plus dari Tuban. Selamat berkunjung cha, ajak suami sekalian, siapa tahu dapat cerita banyak 🙂
Makasih, Mbak! Oh ternyata suamiku malah udah tahu tentang museum itu, tapi blm pernah masuk sih. Semoga kapan2 sempat ke sana. Aku belum pernah ke Tuban sama sekali. 😀
Ntar kalau ke tuban kabar2 ya cha…siapa tahu aku pingin ikut lagi. eh hehehhe
Siap, Mbaaak.. 🙂
Ohhh mereka itu dr tuban ternyata
sama aku juga baru tahu non hahaha
malah agak sedih ngeliat memori tentang Koes Plus teronggok di sudut ruangan itu, mba, terlalu suram untuk nama sebesar mereka ..
semoga beneran cuma sementara ya, semoga segera ada tempat yang layak untuk memorabilia Koes Plus .. 🙂
Iya katanya cuma dititipkan barang-barangnya itu, yang nitipke yayasannya Koes Plus. Tapi ya itu, wacana pendirian museum yang asli belum jelas 😦
Hheeeemmmmmmm …….
Walopun jarak rmah dengan museum cuma sepelemparan kolor (yg kata Halim, rutenya mirip2 amazing race hihihihihi), aku juga baru tahu ada ruang khusus untuk Koes Ploes.
Dulu pas terakhir kesana, belum nemu bagian yang ini X_X (sebelum dengan kalian, trakhir ke museum ini tahun 2005)
Hahaha kadang yang di dekat memang kurang mendapat perhatian kita ya mbak. Tapi aku penasaran, rumah keluarga mereka di kota nggak ya mbak? Kalau deket kan kapan2 bisa disamperin tuh 🙂
Deket mbak, kalau Sendangharjo itu percis di sebelah timur alun-alun kota.
Ahsyeeekk! mau kesini lagi
Ya ampun tahu gitu dulu mampir sekalian ya mbak…ke tuban lagi? Langsung pingin pijet mbayangin jauhnya haha
Kok mengagetkan ya.. Ternyata Koes Plus tonggone Mbak Dian. Baru tahu juga aku. Dan ternyata Tuban ini something ya.. Mbak Diaaaaannn.. Mbok aku diundang ke sana gitu lho..
Hahahahhahahahaaa
iyaaa, ternyata ada something di Tuban ki Ar 😆
Ayyooooo kesiniiiii, tak ajak kluyuran sampe ke dalam tanah #SeriusLhoini
Trus kapan ke Solo-nya mbak dian? 🙂
Ternyata banyak banget yang gak tau Koes Plus dari Tuban. Coba mbak dian pede dikit, pasti dah jadi penyanyi top juga tuh, secara tetangganya koes plus hihi
Senasib…kalau nggak masuk museum Kambang Putih nggak tahu kalo ternyata Koes Plus itu berasal dari Tuban hehe…
Jadi kapan mo ketemu keluarga Koes, mbak? Yuk ngerusuhi mbak Dian lagi hehehe
Ngrusuhi mbak dian lagi sih mau banget lim…tapiiii, mbayangin perjalanannya udah pengin pijet beneran lim haha
sejarah salah satu legenda musik Indonesia nih, ga banyak lho yg tahu… ooo Mbak DIan masih keluarga Koes Plus tho….
Aku juga baru tahu mas, tau gitu minta tanda tangan sama mbak Dian 🙂 🙂
Aku sempat ngefans banget sama Koes Plus bahkan sempat hafal beberapa lagunya, tapi koq ya baru tahu juga kalau mereka dari Tuban
Waah ternyata fans koes plus ya pak. Brarti memang banyak yang kurang tahu tentang Koes Plus pak. Semoga museum yang sesungguhnya segera dibangun, biar semakin banyak yang mengenal Koes Plus lebih dalam hhehe
Eh ciusan dari tuban ??? gw pikir sunda2 gitu atau jogja. Lagu nya koes plus tak lekang oleh jaman. meskipun beda generasi tapi tetep enak
Hahahaha kalau Sunda kayaknya bukan deh mas cum. Kalau mas cum kan generasi jeketi ya *kasih cermin 🙂
Salam kenal,. Sy sdh kental bngt sm lagu” legendaris 1969 ini krn dr kecil bpk sy sdh mengenalkan bngt ke anak”y jd 99% hampir smua lagunya hafal & koes woyok b’saudara dr asal kota tuban pun sdh tau. Dan jg salah satu sepupu koes woyok b’saudara ada yg married dg keluarga sy dikota pati semarang,. Meski tdk trllu kenal dekat jg keluarga besar sdh tidak asing lg sm koes plus b’saudara. Mba cica mski kita baru b’temu 2 kali itupun dihaji nawi,. Hehehe…. gpp tp seneng s’mlam lihat live diCinere bllouvard jaksel. klu cucu”y koes woyok sdh besar” mba cica pun ada m’dampingi tp sdh lupa sm kita”. Ttp eksis trus yaa… buat keluarga koes plus agar lagu”y ttp t’rekam trus dimemory smpi kapn pun
Salam kenal juga mbak. Wah menarik ceritanya keluarga penyuka Koes Plus, yang akhirnya jadi ada hubungan keluarha ya mbak. Amieen semoga Koes Plus selalu eksis mbak..