Postcard From Wat Doi Suthep

Wat Phra That Doi Suthep

Peranti ibadah di Wat Phra That Doi Suthep

Gara-gara blog walking ke postingan Thedustysneakers beberapa hari lalu, saya jadi terpancing ngubek-ngubek folder foto-foto Chiangmai. Semuanya berawal saat komen saya di artikel Perempuan Tua yang Menanyakan Keadaan Hati Pemuda Peminum  dibalas dengan sebuah pertanyaan dari si empunya blog. “Apakah sempat menulis catatan perjalananmu saat di Chiang Mai juga?”

Duh, langsung merasa ditinju di perut. Seingat saya, cuma ada Satu postingan tentang Chiangmai di blog saya. Sebenarnya ini penyakit lama. Semangat traveling jarang berbanding lurus dengan semangat menuangkan ceritanya lewat tulisan. Bukan hal aneh jika cerita sebuah perjalanan baru diposting dua tahun atau tiga tahun kemudian. Jelas hasilnya kurang maksimal. Banyak kepingan cerita yang tenggelam di antara bertumpuk kisah-kisah baru. Biasanya kalau sudah begini menyesal juga. Tapi kata orang Jawa ”kapok lombok”. Kapok tapi diulang-ulang terus.

Sembari memandangi foto-foto Chiangmai, saya berusaha menggali-gali ingatan. Siapa tahu terselip cerita menarik yang bagus ditulis. Tapi akhirnya saya menyerah. Waktu tiga tahun sepertinya ampuh mengikis sebagian memori saya tentang kota di Thailand yang tenang dan nyaman itu. Kalaupun nekat menulis, paling hasilnya datar tanpa nyawa.

So, saya memutuskan membagi cerita Chiangmai lewat foto saja, khususnya kunjungan ke Wat Phra That Doi Suthep. Kuil ini adalah salah satu destinasi favorit turis yang berkunjung ke Chiangmai. Tempatnya sejuk karena berlokasi di lereng pegunungan Doi Suthep, sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut.

Bagi pengikut Buddha, Wat Phra That Doi Suthep juga punya kedudukan penting, tergambar dari banyaknya umat yang berkunjung. Tak terkecuali siang itu. Kegiatan peribadatan di kuil bernuansa warna emas itu begitu hidup.

Saya dan teman-teman mampir ke Wat yang dibangun oleh Raja Gue Na pada 1383 ini saat perjalanan pulang dari Hmong Village. Stamina kami sudah cukup terkuras. Perjalanan darat dari Kuala Lumpur hingga Chiangmai benar-benar melelahkan. Untunglah, suasana tenang Chiangmai cukup membantu memulihkan semangat dan tenaga. Sepertinya saya harus kembali ke Chiangmai suatu hari nanti. Demi kenangan baru.

Ratusan anak tangga ini harus ditapaki untuk mencapai Wat Phra That Doi Suthep.  Tapi jika ingin menghemat tenaga disediakan semacam lift, tentu saja harus merogoh kocek lagi.

Ratusan anak tangga ini harus ditapaki untuk mencapai Wat Phra That Doi Suthep. Tapi jika ingin menghemat tenaga disediakan semacam lift, tentu saja dikenai biaya tambahan.  Saya lupa berapa nominalnya.

Wat Phra That Doi Suthep

Lonceng beriring doa dan harapan

Wat Phra That Doi Suthep

Umat Buddha beribadah di wat

Wat Phra That Doi Suthep

Berdoa

Wat Phra That Doi Suthep

Bocah dan bunga

Sang Biksu

Sang Biksu

Chiangmai, 2012

About yusmei
Tergila-gila dengan membaca dan menulis...Punya mimpi menelusuri sudut-sudut dunia

24 Responses to Postcard From Wat Doi Suthep

  1. aning says:

    satu foto mewakili 1000 kata… good job 😉

  2. Walau sdh lama, kata pengantarnya masih kencang ruhnya kok, Mbak Yusmei. Tiga tahun yg lalu ya? Berarti bocah yang memegang bunga dalam foto ini sdh besar ya sekarang 🙂

    • yusmei says:

      Tapi benar-benar susah nyari ruhnya tante. Seharusnya saat masih anget, langsung ditulis biar ada nyawanya. Hehe. Waah iya, sekarang mungkin bocahnya sudah berkumis 😀

  3. cerita4musim says:

    Penyakit aku jg tuh, sering kelewat kl pengen cerita suatu destinasi, biasanya tempat tsb berkesan bgt, so I want to keep for myself:-)

    • yusmei says:

      Kalau aku biasanya gara-gara males mbak, dan setelah itu nyesel. Aah jadi pengin tahu destinasi berkesannya deh, ayoo dibagi mbak *eh* 😀

  4. Apikkk banget kuilnya… Betewe baru tahu ada patung Buddha yang menengadah ke atas sambil bawa tempat untuk menaruh sedekah 😉

  5. Gara says:

    Semua… serba… emas… doh, dilihat dari sini agak silau Mbak. Silau dengan keagungan lokasinya :)). 1383… kalau di Indonesia berarti sedang zaman-zamannya Majapahit, ya.
    Kuil yang masih sangat terjaga sampai milenium ketiga. Keren sekali :)).

  6. Avant Garde says:

    patungnya nengok ke atas :p #copas mas halim

  7. Dita says:

    semakin pengen ke Chiang Mai dan Chiang Rai, tapi kapan yaaaa 😦

  8. ndop says:

    Aku sak jane yo pingin dolan nyang luar negeri, tapi sing tak pikir cuma kendala bahasa karo toilet tok hahahha… Aku ora iso nguyuh ndik sembarang toilet soale hahahaha

Leave a reply to yusmei Cancel reply