Mencicipi Kuliner Indonesia di Manila

Kelemahan terbesar saat berada di negeri orang sebenarnya tak jauh dari urusan lidah. Baru beberapa hari pasti sudah membayangkan kelezatan soto, pecel, sate, gado-gado, pempek, nasi goreng, tak lupa es teh yang segarnya tak ada bandingannya.

Rasa rindu terhadap masakan Indonesia sebenarnya bisa ditahan, apalagi kalau perjalanannya hanya hitungan hari. Saya orangnya juga suka mencicipi masakan-masakan lokal saat traveling ke mana pun. Tapi kalau ada kesempatan melepas kangen dengan masakan Indonesia saat di luar negeri, kenapa tidak? Kata orang, rindu itu obatnya hanya bertemu.

Makanan Indo 3

Warung-Warung. Lapak yang menjual masakan khas Indonesia di Lepazki Sunday Market, Manila. (Usemayjourney)

 

Begitulah rasa rindu menuntun kami bertiga berjalan kaki menyusuri jalanan di tengah gedung-gedung yang menjulang tinggi Kota Makati, pusat bisnisnya Metro Manila.

Read more of this post

Lontong Tahu Blora Mbah Supi

Lontong Tahu Blora Mbah Supi

Lontong Tahu Blora Mbah Supi

Saya masih gegoleran santai di kasur ketika Azizah masuk ke kamar dan membuat pengumuman. ”Mbak diajak sarapan sama Yunita.” Waduh, belum mandi nih. Sambil menahan kantuk yang masih menggelayut, saya menyeret badan ke kamar mandi untuk mandi kilat. Sekitar 10 menit kemudian saya sudah rapi jali, siap mengisi perut dengan makanan khas Blora. Kali ini menunya lontong tahu Blora!

Sebelum menuju warung lontong tahu, Yunita dan suaminya, Mas Sis, mengantar si kecil Azam ke sekolah. Nah, setelah itu mobil pun dipacu menuju warung incaran. Tempat makan yang hendak kami datangi ini menurut Yunita dan Mas Sis adalah warung lontong tahu terenak di Blora. Enak nih kayaknya. Jadi tambah penasaran. Read more of this post

Sehari Kulineran di Magelang

Perut lapar, mata super ngantuk. Tubuh rasanya sudah tidak karu-karuan saat mobil kami meninggalkan area Puthuk Setumbu, Magelang. Begini ternyata efek nyaris tak tidur semalaman karena ikutan acara pemecahan rekor di Candi Borobudur. Saya berusaha mencuri-curi tidur selama beberapa menit untuk memulihkan energi.

Setelah mampir sebentar ke penginapan, mobil melaju perlahan menuju ke Pasar Borobudur. Saya, Azizah, Mbak Ratri, Frista dan Halim, sepakat bakal menghabiskan hari Sabtu itu untuk bersantai-santai. Fahmi juga ikutan, tapi cuma sebentar. Mumpung di Magelang, kami berniat kulineran habis-habisan dong. Kolesterol? Dipikir nanti deh 😀

Gorengan di pasar Borobudur

Makan gorengan di Pasar Borobudur

Read more of this post

Dawet Telasih Pasar Gede…Maknyus

Suasana di warung dawet telasih Bu Dermi

Suasana di warung dawet telasih Bu Dermi

Kuliner Kota Solo sangat khas. Amati saja sejumlah tempat kuliner yang jadi ikon Kota Bengawan. Sebagian penjualnya tak menempatkan kenyaman pengunjung sebagai prioritas. Pembeli kadang harus makan sambil berdiri atau antre berdesak-desakan untuk menikmati kuliner incaran mereka. Yang menarik, kuliner-kuliner tersebut nyaris tak pernah sepi dari pengunjung. Mungkin antre dan desak-desakan itu sensasinya.

Salah satu contohnya adalah penjual dawet telasih di Pasar Gede, Solo. Minuman ini jadi favorit saya jika cuaca Solo sedang panas menyengat. Apalagi di sekitar penjual dawet itu juga bertebaran jajanan pasar yang menggugah selera. Siapa yang tak tergoda coba? Penjual dawet telasih di pasar berarsitektur indah yang dibangun pada 1930 itu ada beberapa orang. Tapi yang paling legendaris adalah warung milik Bu Dermi. Dawet selasih Bu Dermi sudah berumur tiga generasi. Tak heran, dawetnya yang paling diincar, terutama oleh wisatawan dari luar Solo. Read more of this post

Demi Bebek Sinjay

Mobil sedang membelah jalanan dari Mojokerto menuju Surabaya ketika sebuah ide terlontar dengan spontan. Saya dan empat teman seperjalanan, Femi, Pesta, Nana dan Mas Radix, tiba-tiba ngebet ingin menyeberang ke Madura.

IMG_3172

Tampilan Nasi Bebek Sinjay

Padahal agenda awalnya kami langsung ke Surabaya setelah selesai menikmati prosesi Waisak di Mahavihara Mojopahit di Trowulan, Mojokerto. Badan saya juga sudah menagih istirahat karena semalaman kurang tidur di bis dalam perjalanan dari Solo ke Mojokerto. Nana dan Mas Radix masih segar, maklum keduanya memang berdomisili di Surabaya. Femi dan Pesta juga masih bersemangat meski baru saja menempuh perjalanan panjang dengan kereta Jakarta-Surabaya. Surabaya sebenarnya hanya tempat transit. Tujuan utama kami pada perjalanan di akhir Mei lalu adalah ke Banyuwangi.

Saya agak lupa siapa yang pertama kali melontarkan ide ke Madura. Maklum saat itu belum terlalu sore. Rasanya rugi jika langsung ke penginapan di Surabaya. Mendengar Suramadu disebut, semangat saya juga langsung menyala. Sebenarnya sudah lama  ingin melihat jembatan terkenal itu, namun belum kesampaian. Saya pun langsung menyetujui usulan itu meskipun badan agak demam gara-gara gejala radang tenggorokan. Mari berangkat. Read more of this post

Kerak Telor Pak Tatang

Memasak kerak telor

Memasak kerak telor

Sudah lama saya penasaran ingin mencicipi kerak telor. Bagaimana bentuknya, cara pembuatannya dan juga cita rasanya.

Makanan khas Betawi ini sebelumnya hanya saya kenal melalui televisi dan majalah. Kalaupun sedang ke Jakarta, tak pernah kepikiran meluangkan waktu untuk berburu kuliner ini. Lagipula pedagangnya tak gampang ditemukan di sembarang tempat. Konon, cara paling mudah mencari kerak telor ya di arena Jakarta Fair (Pekan Raya Jakarta), sejak masih di Monas hingga dipindah ke Kemayoran.

Read more of this post

Pecel Wader Waduk Cengklik

Ketika sedang “khilaf” ingin berolahraga, saya biasanya memilih bersepeda. Menyenangkan, bikin segar dan tidak secapek joging. Jujur sih saya gak punya sepeda. Jadi, kalau tiba-tiba pengen sepedaan, terpaksa ribut ke sana kemari mencari pinjaman (gak modal banget ya).  Rutenya pun yang landai-landai saja, salah satunya Solo-Waduk Cengklik.Hmmm jaraknya sekitar 5 km sepertinya…

Ini tampilannya pecel  wader

Ini tampilannya pecel wader

Ngomongin Waduk Cengklik, kurang lengkap rasanya menyambangi tempat wisata di Ngemplak, Boyolali itu, tanpa menikmati pecel wader. Sejak era 1990-an makanan ini telah menjadi ikon kuliner di kawasan wisata waduk tersebut. Hampir semua warung makan yang berjejer di pinggiran waduk menyediakan menu ini. Meskipun mereka juga menjual makanan-makanan lain seperti soto, tetapi pecel wader tetap menjadi incaran utama. Penasaran?
Read more of this post