Menyambangi Sedulur Sikep Samin

Dulu…dulu banget, guru SMP saya beberapa kali menyebut-nyebut tentang Wong Samin. Biasanya kata itu terlontar kalau ada muridnya yang agak ngeyel atau bebal.

Saya jadi penasaran. Sebenarnya Wong Samin itu siapa? Tinggalnya di mana? Seperti apa mereka? Saat itu jawaban yang didapat ya begitu-begitu saja. Wong Samin itu tinggalnya di Blora. Sudah begitu saja, titik.

Foto Mbah Lasiyo dan Mbah Wedhok di dinding rumah.

Foto Mbah Lasiyo dan Mbah Wedhok di dinding rumah.

Sahabat saya Azizah juga pernah bercerita tentang uniknya asisten rumah tangga budhenya yang merupakan orang Samin. Jadi, ART itu kerap melakukan sesuatu yang “ajaib” dan bikin geleng-geleng.

Nah, suatu hari, sang ART disuruh berbelanja ke pasar. Berangkatlah dia berbelanja. Tapi, sudah lama sekali mbak ART itu tak kunjung pulang. Diceklah ke pasar. Ternyata, mbak ART itu masih berada di pasar. Saat ditanya kenapa tak segera pulang, jawabannya bikin geregetan. Dia bilang tak pulang karena budhenya Azizah cuma menyuruhnya pergi ke pasar, tapi tidak menyuruh pulang. *tepok jidat, benerin poni.* Aneh kan?
Read more of this post

Love Will Find A Way

Mister Potato

28 Oktober 2009

Malam sedang dipeluk kesunyian pekat. Sebuah email masuk. Dari sahabat saya Wawan yang sedang kuliah S2 di Birmingham, Inggris. Pesannya pendek saja. “Kaus pilihanmu yang merah ternyata jelek, warnanya kusam. Aku beliin yang lain. Tadi aku bingung milih, nelfon kamu berkali-kali gak bisa. Foto kaus aku kirim. Kalau gak suka bilang ya, biar nanti aku nitip kalau ada teman yang ke Manchester.”

Sahabat saya itu sedang berada di Manchester, Inggris. Beberapa hari sebelum berangkat ke Manchester, dia menghubungi dan kami chatting cukup lama. Hal yang sudah seharusnya. Mustahil dia ke Manchester tanpa ingat saya. Kami bersahabat cukup lama dan dia tahu benar kegilaan saya terhadap Manchester United. Wawan sendiri fans Chelsea garis keras.

Sebelum ke Manchester, Wawan menyuruh saya melongok koleksi merchandise Manchester United di website resmi klub. Pilihan saya jatuh ke kaus suporter cewek berwarna merah. Setelah melihat langsung di MU megastore, Wawan merasa kaus itu jelek. Dia berusaha menelepon, tapi handphone saya tidak aktif. Alhasil, Wawan mengambil keputusan sendiri. Dibelilah sebuah kaus perpaduan putih dan pink, bertuliskan angka 11 dan Giggs, salah satu pemain favorit saya. Senyum saya langsung mengembang melihat kaus itu. Terlalu feminin untuk cewek tomboi seperti saya. Tapi tak apalah. Akhirnya saya kirim email balasan dan bilang kaus pilihannya sudah oke. Sekitar setengah tahun kemudian, setelah Wawan pulang dari Inggris, oleh-oleh kaus itu akhirnya datang juga. Ada bonusnya pula. Sepasang sandal jepit warna merah berlogo Manchester United dan bertuliskan Wayne Rooney. Lucu 🙂 Read more of this post