Berselimut Kabut Borobudur

Rombongan Pak Hary berjalan di pelataran utama Candi Borobudur. dilingkupi kabut tebal

Rombongan Pak Hary berjalan di pelataran utama Candi Borobudur. dilingkupi kabut tebal

Saya memeras otak mencari kata-kata indah. Pemandangan di hadapan saya terlalu misterius dan sulit dideskripsikan. Saya merinding. Bayangkanlah perpaduan ini: Candi Borobudur yang megah, pendar cahaya, dan kabut tebal. Tuhan sepertinya sedang berbaik hati. Rasanya perjuangan menahan kantuk dan mengabaikan rasa lelah langsung terbayar lunas. Borobudur tampak sangat menawan.

Saya menengok ke ponsel. Jarum jam merapat ke pukul 01.00 WIB. Berarti sudah masuk Sabtu, 16 November 2014. Beberapa orang berkerumun di pelataran utama Candi Borobudur. Tak lama berselang, rombongan yang kami tunggu muncul dari balik kegelapan. Dua biksu berjalan paling depan, dengan kepala menunduk dan tangan di depan dada. Tepat di belakang mereka seorang pria berbaju dan bertopi oranye berjalan pelan sambil membunyikan alat musik tiup. Belasan orang lainnya menemani sembari memegang kertas, senter, kamera, atau hanya berjalan tanpa tentengan.

Pria berbaju oranye itulah yang menjadi pusat perhatian. Pak Hary Wisnu Yuniarta namanya. Misi ambisius sedang dikejarnya, yaitu menjadi orang pertama di Indonesia yang membawakan 300 lagu jazz nonsetop dengan alat musik tiup. Rekor istimewa tentu harus digoreskan di tempat dan waktu spesial. Keputusan Pak Hary memilih Borobudur sangat tepat. Waktunya pun sangat pas, berbarengan dengan peringatan 200 tahun penemuan Candi Borobudur.

Saya, Fahmi, dan Firsta buru-buru nyempil masuk rombongan, ikut ritual berjalan mengitari candi. Halim, Azizah dan Mbak Ratri masih asyik memotret-motret dari pinggir pelataran candi. Pak Hary harus berjalan mengitari candi sebanyak tujuh kali sambil membawakan lagu-lagu jaz dengan sexophone. Firsta bertekad ikut melahap tujuh putaran. Saya tak punya target, pokoknya sekuatnya saja.

“Merinding ya mbak,” kata Fahmi yang berjalan di samping saya. Saya mengamini kata-kata Fahmi. Tak bosan-bosannya saya memandangi Borobudur dengan takjub. Awalnya saya sempat khawatir kabut bakal merusak segalanya. Ternyata saya keliru. Kabut malah menjadi penyempurna suasana malam itu. Borobudur yang disirami cahaya lampu dan selimut kabut adalah candu yang mematikan. Spontan saya mensyukuri keberuntungan yang menyertai kami.

“Awas turun, jalan naik, lompat!” Instruksi-intruksi itu terus diucapkan para pendamping di kanan-kiri Pak Hary. Para kru juga meng-update informasi perkembangan jumlah lagu yang sudah dimainkan. Konsentrasi Pak Hary sepenuhnya tersedot untuk memainkan lagu, sehingga dia butuh petunjuk saat berjalan. Setelah satu putaran saya memilih beristirahat sejenak dan fokus berburu foto. Butir-butir keringat sudah membasahi badan. Rombongan terus melaju melanjutkan misi, namun di setiap putaran ada saja personel yang minggir untuk beristirahat, termasuk dua biksu yang berjalan paling depan. Saya baru kembali bergabung saat putaran keenam, bersama sekitar tujuh orang lainnya.

Menjelang pukul 02.00 misi Pak Hari di pelataran utama Candi Borobudur kelar. Tapi sesuai aturan pemecahan rekor, Pak Hary tak boleh berhenti meniup sexophone, kecuali untuk hal-hal yang sudah disepakati seperti makan. Pak Hary hanya berpindah ke venue-venue yang lain. Di pengujung hari, misi Pak Hary tuntas dengan sukses. Rekor memainkan 300 lagu jazz tertunaikan pada pukul 16.45. Waktu efektif pemecahan rekor itu selama 13,5 jam. Selamat Pak Hary!

Kabut dan Candi Borobudur

Kabut dan Candi Borobudur

Berjalan di tengah kabut

Berjalan di tengah kabut

Menikmati Borobudur saat dini hari dengan perpaduan tiupan sexophone yang syahdu, kabut yang mistis, dan siraman lampu yang eksotis, adalah kesempatan langka. Mungkin ini bakal jadi pengalaman sekali seumur hidup. Sayang semuanya harus berakhir terlalu cepat. Lampu dimatikan dan Borobudur kembali beristirahat dalam kesunyian.

Sebelum melangkah menuruni tangga, sekali lagi saya menatap Borobudur yang sudah gelap total. Saya bahagia Dinasti Syailendra yang saat itu menguasai Jawa memutuskan membangun candi Buddha nan megah ini pada 750 Masehi. Butuh waktu sekitar 75-100 tahun sebelum Borobudur berdiri tegak, tepatnya saat masa pemerintahan raja Smaratungga. Kemegahan Borobudur memang sempat tenggelam saat Dinasti Syailendra runtuh. Nasib candi yang telah ditetapkan sebagai World Heritage Site oleh UNESCO itu akhirnya semakin terbenam setelah tertimbun material letusan gunung berapi.

Beruntung 200 tahun lalu atau pada tahun 1814 seorang Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Raffles, melakukan inspeksi ke Semarang. Raflles disebut-sebut memiliki minat istimewa terhadap budaya Jawa dan menggiatkan penelitian artefak-artefak prasejarah dan juga candi. Saat berada di Semarang, Raflles mendapat informasi mengenai keberadaan candi besar di dekat Desa Bumisegoro. Informasi ini direspons cepat. Raffless mengutus seorang insinyur Belanda, HC Cornelius, untuk menyelidiki monumen besar itu. Cornelius bersama ratusan krunya kemudian berusaha keras mengangkat lapisan tanah yang mengubur candi. Namun misi itu tak tuntas karena ancaman longsor.

borobudur3

Foto by Firsta

Foto by Firsta

Cornelius melaporkan penemuannya ke Raffles, termasuk gambar-gambar sketsa Borobudur. Momen itu dianggap sebagai titik penting penemuan kembali Borobudur. Itulah mengapa malam itu kami diundang datang untuk merayakan momen yang terjadi 200 tahun lalu. Tanpa momen itu kemegahan Borobudur mungkin hanya menjadi dongeng indah pengantar tidur.

Note:

Timeline Proses Pemugaran Candi Borobudur

1814
Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

1873
Monografi pertama tentang candi diterbitkan.

1900
Pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.

1907
Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.

1926
Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.

1956
Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.

1963
Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.

1968
Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.

1971
Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.

1972
International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.

10 Agustus 1973
Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984

21 Januari 1985
Terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.

1991
Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

Sumber: Wikipedia.org

Magelang, 16 November 2014

Baca juga:

200 Years Borobudur Celebration

200 Tahun Penemuan candi Borobudur

About yusmei
Tergila-gila dengan membaca dan menulis...Punya mimpi menelusuri sudut-sudut dunia

38 Responses to Berselimut Kabut Borobudur

  1. nyonyasepatu says:

    cakep ya malam2 gitu, serem gak Yus?

  2. rintadita says:

    mbakeeee iki keren banget siiihh, aku melu merinding lho moconeeee 😀 *krukupan kemul*

  3. dee nicole says:

    Konon Jayavarman II ngebangun angkor wat terinspirasi dari Borobudur ama Prambanan. Iki sg foto fbmu ketok “bercahaya” kui to mbak?

    • yusmei says:

      Mungkin banget itu mas, apalagi Angkor Wat kan dibangun 300 tahun setelah Borobudur.. Iya mas sing foto FB kae rangkaian acarane iki 😀

      • dee nicole says:

        Umpomo candi sewu promone apik ketoke angkor wat ya bisa tersaingi. Jayavarman II menurut Lonely Planet Cambodia memang pelarian dari Jawa. Dikau pernah ke Wat to mbak?

      • yusmei says:

        Pernah mas, empat tahun lalu. Pengunjunge luar biasa, jauh di atas Borobudur dan Prambanan. Mereka terbantu promo Amazing Race trus film Tomb Raider. Indonesia sepertinya harus lebih kreatif dan gencar dalam berpromosi

  4. buzzerbeezz says:

    Pengalaman berharga banget ya mbak.. Aku iriiiiiii

  5. Taufan Gio says:

    Aaaaak aku menyesal tak gabung di acara iniiii :/
    Tahun depan ada lagikah?

    • yusmei says:

      Tuh kaaan menyesal mas, memang keren bingiiits yang ini. Tahu ini pas perayaan 200 tahun penemuan borobudur soalnya, kalau tahun depan belum tahu sih mas. Coba besok kita nelpon pak gubernur ganjar biar diadain lagi :))

  6. Waaa mbak Yus udah setor tulisan… Ahh jadi inget merinding-meringingnya di sana. Merinding meme di pohon ama merinding kedinginan hahaha

  7. Gara says:

    Kabutnya magis banget, Mbak.
    Tengah malam pulak, wuhuu. Great-lah pokoknya 👍👍👍
    Objek-objek wisata ini memang butuh acara-acara seperti ini, sih, biar tetep dikenal, hehe.
    Sip ditunggu cerita selanjutnya!

  8. winnymarch says:

    keren bgt Kak Mey… kalau gitu mending ngikut kemaren ya

  9. chris13jkt says:

    Memang beda ya suasana dan aura yang kita rasakan kalau berada di sana dalam waktu yang gak biasa seperti itu. Aku yang nangkring di atas subuh-subuh saja merasakan suasana mistisnya, gimana kalau jam 1 malam seperti itu . . .

  10. Pingback: Tengah Malam di Candi Borobudur

  11. Fahmi Anhar says:

    so thankful dengan event ini, meskipun capek & ngantuk, tapi pengalaman yg luar biasa, once in a lifetime lah… siapa pula yang bisa dapet moment mistisnya borobudur di tengah malam buta berselimut pekatnya kabut lembah menoreh….

    #tsaah

  12. Indradya SP says:

    Foto paling atas keren, kayak film2 tentang UFO atau alien gitu… hehehe! 😛

  13. Dian Rustya says:

    Aku baru baca notes ini dan ……………………………… takjub!

  14. Pingback: 200 Years Borobudur Celebration - Discover Your Indonesia

  15. Pingback: Postcard From Borobudur : The Misty Temple .. | .. Berbagi Lewat Kata ..

  16. Mr. Eno says:

    Foto yang fantastis dan luar biasa. Menambah kesakralan Candi Borobudur. Kami juga pernah mengadakan riset disana selama beberapa bulan tetapi kemudian menyesal karena melewatkan keindahan seperti yang tertampil di foto. Salam kenal dari Situs Hitam

Leave a comment