Obrolan di Penang dan Pertanyaan yang Tak Terjawab
March 22, 2019 19 Comments
Turun dari taksi online, saya menyeret koper memasuki salah satu hostel di Jalan Chulia. Petugas hostel menyambut dengan ramah, membereskan urusan admistrasi kemudian memberikan kunci kamar dan loker. Mengikuti petunjuk sang petugas, saya menggeret koper ke kamar.
Pintu kamar sedikit terbuka. Saya mengetuk pintu sebelum masuk. Kamar ini berisi dua kasur bertingkat, untuk menampung empat orang. Ruangnya tak terlalu luas, tapi nyaman.
Saya memilih hostel berisi empat kasur karena hanya tinggal semalam lagi menginap di Penang. Sahabat-sahabat saya sudah pulang duluan ke Jakarta. Hendak meneruskan menginap hotel yang kami tempati sebelumnya kok terlalu mahal. Hostel ini jadi pilihan terbaik dan paling masuk akal (tarifnya).
Jalan Chulia merupakan salah satu surga kuliner di George Town, Penang, Malaysia. Pada malam hari, kawasan ini disesaki penjual makanan, mulai kelas street food hingga kafe-kafe modern. Cari makanan apa pun ada. Makanya, hostel ini dipilih karena praktis dan dekat berbagai destinasi wisata menarik di Penang.

Lebih Chulia, di George Town, Penang. (Usemayjourney)
Ketika saya masuk kamar, tiga kasur lain sudah terisi. Mereka sedang bersantai-santai. Mungkin enggan kemana-mana karena di luar cuacanya panas menyengat. Kami langsung saling menyapa, memperkenalkan diri, dan berbicang hangat. Ketiganya ternyata berasal dari negara berbeda, yaitu Swedia, Rusia, dan Kroasia. Semunya masih mahasiswa. Saya jadi berasa tua hahaha.
Saya lupa nama dua mahasiswa yang dari Rusia dan Kroasia. Mereka sedang kuliah di Beijing, China. Yang dari Swedia saya masih ingat namanya, Penny. Dia yang paling ramah dan hobi mengobrol tentang apa saja. Penny sedang menyelesaikan kuliahnya di jurusan kedokteran.
Saya paling ingat dengan Penny karena sehabis maghrib kami janjian makan malam bersama. Dia mengaku benar-benar kelaparan karena seharian jalan kaki jauh. Saya cuma bisa melongo ketika dia bilang jalan kaki bolak-balik dari George Town ke Penang Hill. Bukan hanya jaraknya jauh, tapi juga menanjak, dan cuaca sedang terik-teriknya. Saya juga ke Penang Hill, dua kali malah. Tapi ya bukan jalan kaki. Kalau ada taksi online kenapa harus jalan kaki naik bukit? Hahaha.
Pilihan santap malam kami jatuh pada kebab. Warungnya tak jauh dari hostel kami. Penny pesan porsi yang super besar, saya pilih yang standar-standar saja. Perut masih agak kenyang karena sore sudah makan. FYI, kebabnya lezat.

Armenian Street di George Town, Penang. (Usemayjourney)
Mengobrol dengan Penny menyenangkan dan mengalir. Dia open minded, bisa membicarakan berbagai macam topik, mulai tempat-tempat traveling yang pernah masing-masing kami kunjungi, pekerjaan saya, suka-duka kuliahnya, perbedaan budaya Indonesia dan Swedia, tentang IKEA, keinginannya berlibur ke Lombok, hingga tentang agama. Rasa ingin tahunya besar. Saya juga banyak tanya-tanya. Maklum dasarnya memang kepo.
“Saya suka wisata kota tua seperti di Penang ini,” kata saya kepada Penny. Penang sudah lama masuk daftar destinasi incaran, karena punya George Town yang masuk Kota Pusaka Warisan Dunia Unesco. Selain Goerge Town, Malaysia punya kota bersejarah lainnya, yaitu Malaka. Filipina memiliki Vigan, kemudian Vietnam punya Hoi An, Laos memiliki Luang Prabang, dan Thailand punya Ayutthaya.
“Sebentar…sebentar, jadi Indonesia tidak punya kota bersejarah versi UNESCO. Kok bisa?” tanya Penny menyela cerita saya.

Salah satu mural yang menjadi ikon di George Town, Penang. (Usemayjourney)
Andaikan saya punya jawaban yang tepat. Saya juga bingung harus menjawab seperti apa ke Penny. “Susah menjawabnya. Terlalu kompleks,” jawab saya.
Indonesia bukannya tidak berusaha. Pada 2015, Indonesia pernah mendaftarkan Kota Tua Jakarta sebagai nomine kota pusaka warisan dunia Unesco. Tapi ujungnya menyesakkan…ditolak.
Jakarta Post pernah merilis alasan kegagalan Kota Tua masuk daftar warisan dunia. Salah satu alasannya, Kota Tua disebut tidak memiliki integritas dan autentisitas sebagai kota tua. Masih banyak penyebab lainnya, tapi terlalu panjang jika dijabarkan di sini. Menurut Jakarta Post laporan tentang alasan penolakan itu dijabarkan secara panjang lebar dalam 313 lembar.
Indonesia belum patah arang. Ada dua tempat yang didorong masuk daftar kota pusaka warisan dunia, yaitu Kota Lama Semarang dan Sawahlunto. Keduanya sudah masuk tentative list Unesco sejak 2015. Namun, jalan yang harus ditempuh masih panjang untuk menyandang status kota pusaka warisan dunia. Banyak dokumen yang harus dilengkapi. Menurut rencana, keputusan soal status untuk dua tempat itu akan diumumkan pada 2020.
Terlalu rumit menerangkan semua itu kepada Penny. Saya cuma bilang singkat kepadanya. “Doakan saja semoga Indonesia segera punya kota pusaka warisan dunia. Dan yang penting jangan lupa segera berkunjung ke Indonesia.”
Bagaimana pun tak pantas hilang harapan. Semoga ada kabar baik pada tahun depan.
wow, semarang dan sawahlunto masuk daftar tentatif yak…. seru banget deh, entar bisa jadi kayak komodo yg laku turis, pariwisata emang menghasilkan duit tapi juga sampah, tp paling gak buat sawahlunto bangkit dr kota mati jadi hidup….
Bentar kayaknya aku salaaah baca. Mau tak revisi haha
kayaknya bener deh mbak, nggak salah, lha wong candi muaro jambi juga daftar tentatif kok, maksudnya masuk ke antrian buat diverifikasi sama unesco 😉
Iyaa udah tak cari2 infonya lagi, ternyata benar. Semoga gak gagal kayak Kota Tua.
amien mbak 🙂 sawahlunto sm kota lama masih terjaga… semoga
Amiiiin
🙂
akhirnya blogger favoritku ndak jadi pensiun 😀
vote Singkawang for UNESCO World Heritage Indonesia
Kemarin nengok blog kok ternyata mengenaskan bgt. 😆 Aku juga dukuuung kalau Singkawang.
Kota lama Semarang banyak berbenah setahun belakangan demi masuk daftar ini. Tapi ya kayak ga jadi-jadi dan terkesan molor 😁
Selain mempercantik bangunannya, tapi yg lebih penting sebenarnya adalah dokumen2 pendukungnya, yg banyak tersimpan di Belanda sana. Dan yang saya tahu susah 😅
Waduh kok terkesan molor, semoga cepat beres supaya bagus untuk penilaian. Tapi memang benar, yang terpenting dokumen-dokumennya. Cuma bisa berharap semuanya lancar, sayang kalau nantinya gagal.
Eh iya ya, aku baru ngeh Indonesia nggak punya Kota Warisan Dunia. Apa karena perawatannya kurang?
Btw Penny itu cowok apa cewek?
Jawabannya kompleks haha. Bukan cuma soal perawatan sih Gie..tapi juga nilai sejarahnya, juga dokumen-dokumen pendukung dan beberapa aspek lainnya. Penny cowok dong..teman sekamar di dorm haha
Daripada Kota Tua Jakarta dan Semarang kok aku lebih setuju Sawahlunto ya yg jadi UNESCO Heritage Site. Sawahlunto lebih bagus menurutku
Benerr. Aku kok juga lebih suka Sawahlunto. Lebih teratur dan tenang, sejarahnya juga bagus
sekarang berkelana terus ya mbak, udah gak pernah ke Solo mbk?
Pulang ke solo sih sering mas. Plg gak 3 bulan sekali. Tp biasane mung ng ngomah karo kulineran 😆
Selalu suka jika ada tulisan dan foto-foto tentang Penang. Kota ini ngangenin buat saya. Semoga bisa kembali ke sana.
Makasih Di. Nanti kalau wabah ini sudah berlalu semoga bisa kembali berkunjung ke sana ya…