Syair untuk Tineke

Cinta tanpa kepercayaan adalah suatu bualan terbesar di dunia ini

Gara-gara masih penasaran dengan puisi-puisi untuk Putri Tineke, saya antusias menyambut ajakan untuk kembali mengunjungi Museum Ullen Sentalu. Kali ini ajakan datang dari sahabat lama yang sedang berlibur di Jogja.

Seperti pada kunjungan pertama sekitar tiga pekan sebelumnya, kami juga didampingi seorang guide. Mbak Rini namanya. Seolah sudah hapal di luar kepala, dia menceritakan dengan detail koleksi di Museum Ullen Sentalu plus sejarah di baliknya.

Bagian dalam museum Ullen Sentalu

Nah, setelah melewati berbagai ruang, akhirnya sampai juga di target utama saya. Ruang syair Puteri Tineke. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, Tineke adalah putri Pakubuwono XI alias raja Solo. Nama aslinya GRAj Koes Sapariyam.

Puisi-puisi yang dipajang tersebut ditulis teman dan saudara Puteri Tineke sepanjang periode 1939-1947. Tujuannya menghibur sang puteri yang sedang patah hati karena hubungan cintanya ditentang oleh keluarganya sendiri. Sang putri bermuram durja hampir selama 10 tahun, meski akhirnya kisah cintanya berujung bahagia setelah dia menemukan belahan jiwanya.

Jumlah puisi yang dipajang di Ullen Sentalu sebanyak 29 buah. Ada yang ditulis dalam bahasa Indonesia, Inggris maupun Belanda. Dalam waktu yang terbatas, saya hanya bisa menyalin dua puisi. Lumayah deh….

Asrikanto, 6 Juni 1940

Yth sepupu

Ada baiknya melihat ke dalam hati

Sejenak sebelum tidur

Apakah dari pagi hingga malam

Tidak menyakiti sebuah hatipun

Apakah kamu tidak membuat mata orang menangis

Atau apakah kamu

Telah mengatakan kata-kata penuh kasih

Kepada orang-orang yang tidak punya kasih sayang

Kenangan dari Koesdarmilah

Puisi lain yang tak kalah menarik :

Kota Kasunanan

Gusti sayang

Kupu tanpa sayap

Tak ada di dunia ini

Mawar tanpa duri

Jarang ada atau boleh dikata tak ada

Persahabatan tanpa cacat

Juga jarang terjadi

Tetapi cinta tanpa kepercayaan

Adalah suatu bualan terbesar di dunia ini

Puisi yang kedua ini, saya juga sempat mencatat versi Inggrisnya…

Kasunanan City

Dear Gusti

There is no wingless butterfly in this world

There can hardly be any rose

Without thorns

Untained friendship is rare

But love without trust

Is the greatest lie in this world

Karena keterbatasan waktu, hanya dua puisi itu yang sempat saya salin. Kami berpikir alangkah asiknya kalau puisi-puisi indah tersebut dibukukan. Menurut Mbak Rini rencana tersebut sudah terbersit di benak pengelola museum. Namun, perlu proses panjang karena perlu mendapat izin dari pemilik koleksi tersebut. Yang jelas melalui syair-syair tersebut terungkap bahwa sastra ternyata berkembang baik di balik tembok istana. Sang puteri maupun kerabat keraton lainnya memiliki kemampuan sastra yang cukup mumpuni.

Sembari menunggu buku syair Tineke terbit, silahkan berkunjung ke Ullen Sentalu jika ingin menikmati puisi-puisi indah ala keraton Solo. Lain waktu kalau berkunjung ke Ullen Sentalu lagi, saya pasti menyalin puisi-puisi lainnya deh.

Jogja, Juni 2012

About yusmei
Tergila-gila dengan membaca dan menulis...Punya mimpi menelusuri sudut-sudut dunia

4 Responses to Syair untuk Tineke

  1. afrilla says:

    Cieeeeee

  2. Mana catetan puisimuuu….kirimin, biar bisa ditulis di sini 🙂

  3. Pingback: ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku | specialpaketelor2

  4. maag says:

    bookmarked!!, I like your web site!

Leave a comment