Festival Durian Ngargoyoso

Membeli durian

Membeli durian

Banyak orang menyambut musim durian dengan suka cita. Buah berduri tajam tersebut mudah dijumpai dimana-mana dengan aromanya yang khas. Tapi, saya bukan salah satu yang bersuka cita. Boro-boro mencicipinya, mencium bau durian saja sudah membuat kepala diserang pusing mendadak.

Tapi entah khilaf atau kurang kerjaan, tiba-tiba saya tertarik menyambangi Festival Durian Ngargoyoso 2014, 14 Maret lalu. Apalagi empat teman sekantor juga merencanakan hal yang sama. Akhirnya disepakati kami berlima pergi bersama-sama. Dari lima anggota rombongan, saya lah satu-satunya yang tak doyan durian. Teman-teman lain malah berencana memborong buah beraroma tajam itu.

Poin penting pertama, di manakah Ngargoyoso? Itu adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Beberapa objek wisata bisa kita temukan di tempat ini. Sebut saja kebun teh Kemuning, Candi Sukuh maupun Candi Cetho. Yang tak banyak diketahui orang, Ngargoyoso ternyata juga merupakan salah satu sentra penghasil durian di Karanganyar. Selama ini pamor durian Ngargoyoso memang tenggelam  di bawah bayang-bayang durian Matesih yang lebih tersohor. Justru karena  fakta itulah saya tambah tertarik menengok Festival Durian Ngargoyoso yang baru kali pertama ini digelar.

Stan penjual durian

Stan penjual durian

Lokasi festival

Lokasi festival

Pengunjung

Pengunjung

Memilih durian

Memilih durian

Bupati Karanganyar, Juliyatmono

Bupati Karanganyar, Juliyatmono

Penjual durian

Penjual durian

Hari sudah beranjak siang ketika kami berlima tiba di lokasi festival. Namun acara seremonial pembukaan baru dimulai, alias molor sekitar dua jam dari jadwal.  Venue festival sangat sederhana, sebuah lapangan desa di depan SD Nglegok, Ngargoyoso. Konsep festival pun juga tak kalah sederhana atau bisa dibilang apa adanya. Di bagian tengah lapangan didirikan tenda besar untuk acara pembukaan. Sedangkan stan-stan penjual durian didirikan berjejer di salah satu bagian pinggir lapangan. Stan satu dengan stan lainnya hanya dipisahkan dengan tali plastik. Sedangkan di bagian lain lapangan berdiri stan-stan penjual makanan berbagai jenis, mulai bakso sampai pecel.

Konsep acara sebenarnya jauh dari kategori festival. Setelah pembukaan yang diisi hiburan tradisional dan pidato Bupati Karanganyar, Juliyatmono, acara berikutnya adalah lomba durian. Lombanya pun sangat simpel. Panitia membuat sejumlah kategori, antara lain durian terbesar, durian terlegit, durian termanis, durian terpahit dan lain-lain. Peserta lomba ini hanya tinggal meletakkan durian mereka di atas meja sesuai kategori. Masing-masing durian diberi identitas nama pemiliknya, kemudian dibuka agar bisa dicicipi oleh juri. Sayang sekali, Bupati tidak mengikuti sesi icip-icip ini. Beliau harus meninggalkan acara karena sudah ditunggu agenda lainnya.

Sesi penjurian berlangsung singkat. Saat anggota tim juri sedang berunding menentukan pemenang lomba, para pengunjung mendapat kejutan. Durian yang sudah dinillai, boleh dimakan beramai-ramai oleh penonton. Kehebohan langsung terjadi. Dari orang tua sampai anak kecil antusias berebut daging durian yang konon lezat. Teman saya ikut kalap, dan berhasil mendapat 10 buah daging durian. Dalam kondisi seperti ini, sisi anak-anak manusia muncul dengan sendirian. Senyum dan kegembiran bertebaran di wajah para pengunjung.

Durian yang dilombakan

Durian yang dilombakan

Pak Sukidi dan durian andalannya

Pak Sukidi dan durian andalannya

Peserta lomba

Peserta lomba

Juri

Juri

Salah seorang peserta lomba adalah Pak Sukidi, warga Karangnongko, Nglegok. Beliau mengikuti empat kategori lomba sekaligus. Dua durian andalannya berukuran besar, durian lokal seberat 5,7 kg dan durian montong seberat 6,4 kg. Ternyata untuk memperoleh durian besar ada trik khusus. Pak Sukidi menggunakan obat penyubur buah dan pembasmi lalat buah. Dari 200 pohon durian miliknya, hanya dua pohon yang bisa menghasilkan buah durian ukuran besar, yang biasanya dipanen setelah buah berusia enam bulan.

Durian Ngargoyoso yang dikenal paling enak adalah yang berasal dari Dali. Tak heran, durian yang dijual dan dilombakan pada festival tersebut sebagian besar berasal dari Dali. Salah satu penjual durian asal Dali, Pak Sumarno, menyebut rasa durian Dali berbeda dengan durian Matesih. Jika penasaran bedanya, saya diminta mencicipi. Dengan berat hati, saya mencolek sedikit daging buah durian dan menjilatnya. Rasa durian menurut saya sih sama saja. Jadi sampai sekarang saya tak tahu bedanya rasa durian Dali dengan Matesih, atau durian jenis lainnya. Menurut Pak Sumarno kekhasan durian Dali terletak pada rasa pahit yang terselip di antara rasa manis. Promosinya berhasil. Empat teman saya sepakat membeli empat buah durian. Ternyata harganya cukup mahal. Walaupun di ajang festival, tak ada harga promo. Satu buah durian di festival tersebut rata-rata diberandol Rp70.000 sampai Rp80.000. Agak mahal menurut saya. Tapi, teman-teman saya mengakui durian Dali memang enak. ”Durian lokal itu enak gara-gara rasa pahitnya itu, beda dengan durian montong yang rasanya cuma manis. Kalau ingin metik langsung ke kebun, silakan mampir ke tempat saya.”

durian14

Durian…durian

Makan durian

Makan durian

makan durian

makan durian

Kenyang makan durian (teman-teman saya maksudnya), kami memutuskan balik ke Solo. Mengingat ini baru gelaran yang pertama, saya memaklumi Festival Durian Ngargoyoso masih kurang gereget. Banyak sisi perlu dibenahi.

Selama tiga hari penyelenggaran, 14-16 Maret, panitia menggelar pameran fotografi Potret Ngargoyoso, gelar jajan rakyat, lomba durian, lomba melukis dan mewarnai, serta peresmian klaster agrowisata kampung durian Dukuh Manduk Desa Jantirejo dan Dukuh Dali Desa Nglegok. Tak ada hal besar tanpa langkah pertama. Semoga event ini bukan hanya euforia sesaat. Jika digarap serius dengan konsep kreatif , bukan tak mungkin suatu saat nanti Festival Durian Ngargoyoso bisa menjadi salah satu aset wisata unggulan Karanganyar.

Karanganyar, 14 Maret 2014

About yusmei
Tergila-gila dengan membaca dan menulis...Punya mimpi menelusuri sudut-sudut dunia

39 Responses to Festival Durian Ngargoyoso

  1. nyonyasepatu says:

    yus, gak kebayang baunya disana haahaha

  2. wow durian… celeguk celeguk celeguk… pengen juga cobain durian jawa

  3. aaaaak! dureeeeeen, mauuuuuuu >,< *doyan banget*

  4. *Nelen ludah ajahhh

  5. Ampun deh kalo durian … gw ngak doyan, nyium baunya aja mual 😦 TOBATTTTT

  6. Sy Azhari says:

    Terkadang aku kesal. Medan yang sangat terkenal dengan durian dan produk oleh2 turunannya (cake, es krim, bubur, pancake, dadar, roti, dll) gak pernah bikin acara beginian. Bahkan ga ada tanda2 ini kota durian kayak di Davao yang menggembar-gemborkan Durian padahal gak sepanjang tahun kayak di Medan.

    Dulu sih sempat ada sewaktu masih ada Taman Ria Medan. Setiap 17 Agustus ada lomba makan durian. Karena udah digusur jadi mall, ga pernah ada lagi.

    • yusmei says:

      Pemerintah kadang tidak terpikir untuk membuat event-event kreatif semacam itu. Mereka seringkali terpaku pada hal-hal yang terlalu konvensional. Mungkin kalau begitu, masyarakat yang harus berinisiatif bergerak sendiri. Daripada menunggu inisiatif pemerintah yang entah kapan datangnya.
      Duren medan enak ya koh? Aku mbiyen cuma memandangnya di jalan-jalan, meh mencoba gak punya nyali, takut mual 🙂 🙂

  7. Ceritaeka says:

    MBaaaak, tanggung jawaaaab. Ibu hamil jadi pengen durian niiiih :mrgreen:

  8. Halim Santoso says:

    Mbakkkk aku ngilerrr…. jadi pingin melu hiks 😐

  9. Saya juga nggak suka banget sm yg namanya duren. Hehehe
    Tp sepertinya festival ini seru.
    Penting buat ngangkat komoditas unggulan di suatu daerah
    🙂

  10. Aulia says:

    Nyesek pas baca harganya mulai dari 70rb-80ribu, hmm… 😀

  11. dee nicole says:

    aku ke matesih lanjut ke lawu kemarin. seminggu sebelum festival dibuka. Memang harganya trmasuk mahal. Beli 60 rb,lonjong,buka dtempat, dua ruasnya busuk. Untung buka disana,coba klo dah dirumah. Apa nggak rugi. Akhirnya cm bayar 40 rb.
    Jebule sg enak sg cilik2,bunder,40rban. Dagingnya tebel,kering,kuning,ga lembek,ponggene cuilik. Trus diajarin ama yg jual kalo milih suruh liat ada lubang uletnya ngga. kalo ada dijamin ngga enak. trus nyari yg masih utuh,jangan yg kebuka. soalnya yg jual tu kadang sengaja ngebuka duriannya biar disangka mateng jatuh dari pohon. Trus suruh ngetuk2 buahnya,kalo bunyinya nyaring tu kulit buahnya tipis. la batinku piye sg ameh ngetuk,nyekel we loro

  12. Pingback: 7 Makanan Yang Nikmatnya Pake Baangettt, Kasihan Deh Buat Orang Yang Alergi - Gitu Aja

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: