Demi Bebek Sinjay
June 11, 2013 29 Comments
Mobil sedang membelah jalanan dari Mojokerto menuju Surabaya ketika sebuah ide terlontar dengan spontan. Saya dan empat teman seperjalanan, Femi, Pesta, Nana dan Mas Radix, tiba-tiba ngebet ingin menyeberang ke Madura.
Padahal agenda awalnya kami langsung ke Surabaya setelah selesai menikmati prosesi Waisak di Mahavihara Mojopahit di Trowulan, Mojokerto. Badan saya juga sudah menagih istirahat karena semalaman kurang tidur di bis dalam perjalanan dari Solo ke Mojokerto. Nana dan Mas Radix masih segar, maklum keduanya memang berdomisili di Surabaya. Femi dan Pesta juga masih bersemangat meski baru saja menempuh perjalanan panjang dengan kereta Jakarta-Surabaya. Surabaya sebenarnya hanya tempat transit. Tujuan utama kami pada perjalanan di akhir Mei lalu adalah ke Banyuwangi.
Saya agak lupa siapa yang pertama kali melontarkan ide ke Madura. Maklum saat itu belum terlalu sore. Rasanya rugi jika langsung ke penginapan di Surabaya. Mendengar Suramadu disebut, semangat saya juga langsung menyala. Sebenarnya sudah lama ingin melihat jembatan terkenal itu, namun belum kesampaian. Saya pun langsung menyetujui usulan itu meskipun badan agak demam gara-gara gejala radang tenggorokan. Mari berangkat.
Setelah berdiskusi sebentar, kami sepakat tujuan utama ke Madura adalah mengisi perut. Nasi Bebek Sinjay adalah sasaran kami. Keputusan ini sejatinya agak keterlaluan soalnya perut kami baru saja terisi seporsi besar sate kambing super enak di Mojokerto. Tapi bukankah makanan enak itu layak diburu? Bebek Sinjay sangat terkenal hingga ke luar Madura. Konon cita rasanya maknyus. Baru membayangkan saja, air liur saya serasa ingin menetes (kalau ini agak lebay…hehehe).
Mendekati jembatan Suramadu, semangat kami semakin menggebu-gebu. Tapi….ada satu masalah. Kami sama sekali tak tahu dimana lokasi warung Nasi Bebek Sinjay. Menurut Femi letaknya tak jauh dari jembatan Suramadu. Setelah kegirangan melewati jembatan, kini kami harus telaten mengawasi kiri-kanan jalan untuk mencari tanda-tanda keberadaan warung Bebek Sinjay. Hingga beberapa kilometer, tanda-tandanya nihil. Yang kami lihat justru papan penunjuk warung Bebek Songkem. Untung Nana ingat ada sebuah informasi yang menyebutkan warung Bebek Sinjay letaknya tak jauh dari warung Bebek Songkem. Mobil pun dipacu mengikuti petunjuk arah Bebek Songkem. Ternyata benar, warung bebek Sinjay hanya beberapa puluh meter dari warung Bebek Songkem. Kalau dihitung mungkin sekitar 25 menit dari jembatan Suramadu.
Kami tiba di warung sudah agak sore. Warung bebek legendaris ini bangunannya sederhana, tapi cukup luas. Ada satu hal yang agak mengganggu, warung ini kurang terjaga kebersihannya. Tapi entah mengapa pengunjung konon selalu mengalir tanpa henti. Sore itu warung cukup ramai tapi tidak terlalu penuh. Dari info yang saya dapat internet, biasanya warung ini sangat ramai, bahkan orang harus mengantre untuk mendapatkan tempat duduk.
Tiga orang teman langsung antre, sedangkan saya dan Mas Radix mencari tempat duduk. Tak berapa lama, pesanan pun datang. Menunya hanya ada satu macam, nasi bebek dan teh botol! Jangan harap anda memilih minuman lain karena memang tidak disediakan. Kata teman yang antre, pelayan warung juga tidak terlalu ramah dan rada judes. Huffft.
Seperti apa tampilan Bebek Sinjay yang terkenal itu? Hmm sederhana saja, hampir tak ada bedanya dengan nasi bebek di tempat lain. Seporsi kuliner terkenal itu terdiri atas nasi putih hangat, bebek goreng yang ditaburi bumbu keremes, lalapan mentimun dan kemangi, serta sambel. Nah, sambelnya ini yang agak berbeda, disebut sambel mencit. Sambel terdiri atas irisan mangga muda, dicampur cabai rawit dan bawang. Jadi rasanya kecut-kecut pedas. Super nendang. Bagi penyuka pedas, sambel di warung ini jelas mengundang selera. Tapi saya bukan golongan itu. Daripada nanti sakit perut, saya tak berani banyak-banyak mencicipi sambel super pedas itu.
Bebeknya juga mantap.. Tekstur daging bebeknya halus plus empuk dan rasa bumbunya juga meresap, tidak hanya di bagian luar. Alhasil, nasi di piring kami pun ludes meskipun porsinya lumayan besar. Seporsi nasi bebek harganya cukup terjangkau, sekitar Rp20.000. Tak heran warung ini begitu terkenal dan menjadi magnet para pemburu kuliner. Pelayanan yang kurang ramah pun tak menyurutkan pengunjung untuk memadati warung sederhana ini.
Puas memanjakan perut, kami pun memutuskan kembali ke Surabaya. Matahari sudah mulai merayap ke peraduan. Sebelum meninggalkan Madura, kami ingin meninggalkan jejak. Kegilaan kami sore itu ditutup dengan berfoto-foto di bawah papan penunjuk arah bertuliskan Sampang dan Bangkalan di pinggir jalan besar. Tanpa memedulikan pandangan orang, kami bergaya bak pemain artis pendatang baru. Norak? Biarin.
Madura, 25 Mei 2013
pas jam kritis menjelang makan siang pas liat postingan ini, aaakuu lapeerrrrr!! tanggung jawab mbak Yusmeiiiii x)))))
Hahaha asiiiik ada yg ngeces….aku malah belum sarapan iniiii 🙂
Aku lngs membayangkan sambelnya. Ahhhhh pengen
Sambelnya pedes-pedes kecuuut…enak tuh, tp ya ampun non, pelayannya jutek-jutekk hahaha
kurang ajar bikin ngiler ini… hahahaha
buruan dilap ilernya…hahahhaa
Aah gilaa….jadi ini ya yg namanya bebek pedas khas madura itu? 😛
Banyak banget warung bebek di sana…tp katanya ini yang paling tooooopp 🙂
Iya, makanya di luaran Madura disebutnya nasi bebek pedas khas Madura, kayak ini nih:
Aaah di Bandung ternyata ada nasi bebek khas Madura kita…peluang bisnih buat di solo nih, belum ada yang jual di sini hehehehe
Pedasnya mantap, bebeknya gurih 😛 tapi kudu main ke Sanjay jg sih…hehehe
wajib mas…dijamin bakal ketagihan 🙂
Ah.. Di Aceh juga ada yang nendang kok, Nasi Bebek Bireuen *gak mau kalah*
mosok sih? Belum percaya kalau belum dikirimin buktinya *tahu alamatku kan ri? hahahaha
basi dong mbak kalau dikirim :p
brarti harus nyoba langsung di Aceh :). Ini warungnya di Banda Aceh ri?
Iya. Ada di Banda Aceh 😀
Jadi keinget belum nyoba Bebek Gemes yg di Surabaya *droooollllsss*
Mbak Mei, aku dadi luwe iki *siapne sendok*
Eh apa itu mbak Bebek Gemes? Belum pernah nyoba jugaaa.. Mosok mung nyiapke sendok, trus sing disendok opo mbak? hihihi
Sambel nya yg bikin keblinger mantap juara, kalo aku lagi pulang ke gresik biasa nya sempetin mampir kesini.
Di surabaya bratang juga ada bebek enak, di belakang hotel narita 🙂
Bukan cuma bikin keblinger mas, bikin gola :))))). Yang surabaya apa itu namanya mas? Eh rumahmu di gresik deket stadion gak mas?? penasaran belum pernah ke stadionnya gresik hehehe
Enak mana ama bebek Pak Slamet, mbak? — maklum fanatic berat ama makanan Solo jee :p
Sama2 enak lim..,soalnya agak beda cita rasanya. Sinjay ini cuma satu satunya, gaj ada cabang. Nah kalau pak slamet kadang di cabangnya agak beda rasanya. Tapi podo2 enaaak, beda daerah, punya ke khasan masing2. Aku jg fanatik makanan solo, nek lungo suwi sering sakau kangen makanan solo hahaga
idenya kalau gak salah dari aku dan mba femi, soalnya paling sayang membayangkan waktunya akan dihabiskan begitu saja di penginapan. hahaha…
ide dadakan yang tidak sia-sia.
seharusnya sudah kuduga idenya dari dikau pes…kalau urusan makan memang Pesta memang tiada duanya…hahahahha
kecurigaan saya ternyata betul. pesta pastinya punya ide, wkwkwkwk…
Pastinya mas, kalau soal makanan pesta juaranya hahaha
Maknyus nih tampaknya bebek Sinjay 🙂
enak mas..tapi pelayanannya gak asik. Di madura banyak banget penjual bebek, kayaknya enak-enak semua 🙂