Nyasar Mengesankan di Newseum

Bagian depan Newseum Indonesia

Bagian depan Newseum Indonesia

Hujan bertambah deras ketika tukang ojek yang saya sewa memelankan laju sepeda motor. Kami sudah berada di Jl. Veteran Satu, Monas, Jakarta Pusat. “Katanya tokonya di dekat Kedai Es Krim Ragusa bang,” kata saya kepada abang tukang ojek, yang saya carter dari Stasiun Gambir, awal Desember 2013.

Jarum jam sudah melewati pukul 17.00 WIB. Kami mencari sebuah toko buku yang direkomendasikan sahabat saya, Aning. Tokonya terletak tak jauh dari Ragusa. Aning sendiri belum pernah masuk ke toko buku tersebut, baru melihat dari luar saja.

Pandangan mata saya akhirnya menangkap tatanan buku di bagian dalam sebuah bangunan. Nah, ketemu juga yang dicari, tepatnya di Jl. Veteran Satu No. 23. Bangunan tersebut bertuliskan Newseum Indonesia. Tatanan buku-buku di rak terlihat dengan jelas dari luar karena bagian depan bangunan tersebut terbuat dari kaca.

Setelah membayar ojek, saya masuk. Sepi sekali, tak seperti toko buku pada umumnya. Sampai di dalam, saya baru sadar memang nyasar. Bagian dalam bangunan jelas bukan gambaran sebuah toko buku. Di bagian depan ruangan ada panggung rendah, kemudian dilengkapi tatanan kursi-kursi. Dinding ruangan penuh dengan foto dan artikel koran yang dipigura. Saat itu saya mendapati tiga orang di dalam ruangan, salah satunya sedang membaca sesuatu di panggung. Satu pria dan dua wanita. “Maaf, ini bukan toko buku?” tanya saya dengan tak enak hati.   

Pria yang ada di dalam menghampiri saya. Sedangkan salah satu perempuan juga ikut berdiri dari kursinya, malah mengajak saya masuk dan duduk. Meskipun agak bingung, saya ikut duduk. Perempuan yang di panggung sedang membaca doa. Setelah selesai, dua orang lainnya gentian maju, juga membaca doa. Setelah itu ada pembacaan tentang biografi singkat tokoh penemu penjepit kertas, Johan Vaaler dan tentang sebuah suku asing di Papua. Setelah semua seremoni selesai, saya disuguhi segelas tes panas. Sepiring gorengan juga ditawarkan untuk dicicipi.

Mas Didit membaca doa

Mas Didit membaca doa

Ruangan di Newseum

Ruangan di Newseum

Koleksi buku

Koleksi buku

Sambil menikmati mendoan, saya melontarkan pertanyaan, kepada salah satu perempuan yang paling sepuh. Ternyata beliau adalah kakak pemilik Newseum, Bu Yatie Zain. Sedangkan pemilik Newseum adalah pak Taufik Rahzen.   Sedangkan dua orang lainnya adalah pegawai Newseum, Mas Didit dan Mbak Resti.

Dari Bu Yatie meluncurlah berbagai cerita, termasuk tentang seremoni yang sempat saya saksikan. Acara yang agak aneh tersebut bertajuk Wiranegara Forum, yang dirintis oleh Pak Taufik sejak 9 April 2013 dan dijadwalkan bakal berlangsung selama setahun penuh. Format acaranya unik, intinya mengenang para pahlawan atau tokoh yang berjasa untuk Indonesia. Setiap hari, dibacakan doa untuk tokoh atau pahlawan yang meninggal pada tanggal itu. Jika ada dua tokoh/pahlawan, ya dua-duanya didoakan.

Wiranegara Forum tak pernah absen walau sehari pun. Jika tak ada pengunjung yang datang, acara hanya dilaksanakan oleh Bu Yatie atau Pak Taufik dan pegawai mereka. Begitu terus setiap hari, tanpa jeda. Ada atau tidak ada tamu, mereka juga selalu menyediakan makanan dan minuman. Pokoknya Wiranegara Forum harus berlangsung setahun penuh. Sayang sore itu Pak Taufik sedang tidak ada di sana. Namun, cerita Bu Yatie sudah cukup mewakili pesan yang ingin disampaikan.

Indonesia Menggugat

Indonesia Menggugat

Tokoh-tokoh dunia

Tokoh-tokoh dunia

Berita

Berita

Me

Me

Lokasi Newseum bisa dibilang berada di dekat lingkaran kekuasan.   Tak jauh dari sana berdiri gedung Mahkamah Agung, Gedung Sekretariat Negara, Istana Negara, Monumen Nasional dan Masjid Istiqlal. Namun para penghuni Newseum enggan terseret dalam trik-trik yang lazim menghiasi lingkar kekuasaan. Mereka lebih suka menjaga sumbu nasionalisme, berdiri tanpa memihak. Itu juga yang menjadi salah satu alasan munculnya ide Wiranegara Forum. Menghargai sejarah bangsa sendiri dan memberi penghargaan selazaknya kepada tokoh-tokoh yang berjasa bagi republik ini.

Bu Yatie juga mengatakan Newseum selalu terbuka untuk menggelar diskusi dan kajian kebangsaan, budaya maupun kesenian Tanah Air. Jika tak ada dana, silakan memakai tempat tersebut dengan gratis. Mereka berharap dengan cara seperti itu, ide-ide positif untuk Indonesia terus hidup.    

Setelah bercerita tentang Wiranegara Forum, Bu Yatie tak lupa menjelaskan tentang foto-foto dan gambar yang terpasang di dinding. Salah satunya tentang kumpulan foto-foto yang bercerita tentang Indonesia Menggugat yang fenomenal dari Soekarno. Di bagian dinding yang lain, terpasang foto-foto tokoh dunia, artikel-artikel koran dan lain. Bu Yatie tak lupa menunjukkan sebagian buku koleksi Pak Taufik di bagian dalam. Koleksinya benar-benar keren dan membuat saya hanya bisa menatap iri. Itu pun yang ditunjukkan pada saya hanya sebagian. “Taufik itu sejak kecil kecil suka buku. Bahkan pernah dia membayar sebuah buku kuno dengan mobil,” tukas Bu Yatie.

Saya tak bisa berlama-lama mengorek cerita maupun merayu Bu Yatie untuk melihat-lihat ruangan lain. Kereta yang bakal mengangkut saya kembali ke Solo, tak lama lagi akan berangkat. Berdasarkan berbagai referensi yang saya baca setelah kunjungan itu, beberapa ruangan di bagian belakang dijadikan museum jurnalistik. Di situ, tersimpan berbagai arsip, seperti karya tokoh pers pertama Indonesia Tirtoadisuryo dan Marco Kartodikromo, dokumentasi riset 100 tahun pers Indonesia tahun 1907-2007, arsip halaman depan 365 pers terpilih, biografi 100 tokoh pers Indonesia, serta kronik catatan pers hari demi hari Indonesia selama 100 tahun (1908-2008). Namun, saya tidak mengetahui dengan pasti apakah ruangan-ruangan itu masih dipertahankan sampai sekarang.

Yang jelas, acara kesasar sore itu terasa menyenangkan dan mengesankan. Sebuah pelajaran berharga saya dapatkan. Setiap orang punya cara masing-masing untuk berkontribusi positif terhadap negaranya, apa pun caranya. Pengelola Newseum melakukannya dengan nguri-uri sejarah bangsa, menghargai tetesan keringat dan jasa para pahlawan. Jas Merah..jangan sekali-kali melupakan sejarah. Mereka juga membuka pintu Newseum selebar-lebarnya untuk siapa saja yang ingin menggelar diskusi dan kajian kebudayaan maupun kebangsaan. Lalu apa kontribusi kita untuk negeri ini? Saya pun belum bisa menjawab dengan bangga.  

 

Jakarta, 3 Desember 2013    

 

About yusmei
Tergila-gila dengan membaca dan menulis...Punya mimpi menelusuri sudut-sudut dunia

48 Responses to Nyasar Mengesankan di Newseum

  1. nyonyasepatu says:

    Yus, itu kode2 apa yang diatas?

  2. Avant Garde says:

    keren konsepnya, unik juga ada baca doa untuk pahlawan 😀

  3. Feº A says:

    agendanya bagus banget, nah jadi itu kelihatannya murni non profit ya ?

    • yusmei says:

      Sepertinya dulu konsepnya cafe museum gitu mbak fe. Perpaduan profit dan enggak. kalau ada yang ingin diskusi budaya atau kebangsaan dan tidak ada dana, bisa memakai tempat itu gratis

      • Feº A says:

        buku2 koleksinya cuma untuk dipamerkan apa boleh dipinjam macam perpus atau baca disana diperbolehkan?

      • yusmei says:

        kalau dipinjam sepertinya tidak boleh mbak fe. Mungkin kalau di baca di sana boleh. Belum sempat nanya ke bu yatie pas itu 🙂

      • Feº A says:

        jadi kepikiran kalo ada cafe traveler….isinya buku2 traveling semua, bisa nongkrong sambil baca2 dan tukar info, jaman semua bisa di googling, saya tetep fanatik sama buku lho..hahaaa..angkatan tuwo kali ya?

      • yusmei says:

        Ide bagus tuh mbak. Saya juga fanatik sama buku, dan bukan yang e-book. Asyik banget tuh kalau ada cafe gitu, trus bisa sharing sama teman2 yang sama passion-nya. Ayo bikin mbak hihihi

      • Feº A says:

        iya bener yus, buku2 traveling saya kalo bisa berguna buat yg sama hobby kelilingan boleh2 aja asal dibalikin, trus begitu juga yg punya buku2 boleh nyumbang pinjemin..asik,

      • yusmei says:

        Trus setiap bulan bisa diadain juga diskusi membedah buku gitu mbak, semacam klub buku. Pasti asyiik…bagi pengalaman sekaligus mencari ilmu dan bersenang-senang 🙂

      • Feº A says:

        mba di jakarta belum ketemu komunitas yg hobi buku dan kelayapannya kental..temen2 sih pada tahu kalo mba sering keluyuran nekat sendirian, tapi ga ada yg seimbang ..yang ada cuma searah

      • yusmei says:

        kalau cuma searah kurang mantap ya mbak. Jalannya gak bisa bersisihan…cari komunitas yang sama dan seimbang memang gak mudah mbak 🙂

  4. buzzerbeezz says:

    Liat koleksi dan layout-nya malah kayak museum gitu ya mbak

  5. DianRuzz says:

    Aku sdh cerita2 soal tempat ini (gara2 foto FBmu mbak) ke temenku, dan minta diajak ksana pas ke Jakarta

  6. Mira says:

    wah..menarik ini! 🙂

  7. rintadita says:

    aku sering ke Ragusa dan ngelewatin Newseum ini, tapi gak pernah berani masuk abisnya sepiiiiii 😀

    kapan2 boleh deh nyobain masuk

    • yusmei says:

      hahaha iya memang sepi banget dit. Dulu katanya ada cafenya di newseum itu. tapi sekarang kayaknya udah gak ada deh. kalau mau lihat Wiranegara Forum coba mampir jam 5-an 🙂

  8. alan nobita says:

    di Jakarta? saya malah baru tau,, besok2 boleh di coba 🙂

  9. noe says:

    Heuu baru tau ada tmp beginian di jkt. Dan dikau udh smpe jkt kok yo ngga ke serang skalian 😦

    • yusmei says:

      soalnya kemarin itu tugas kantor mbak, cuma dua hari. 😦 Kalau ke serang semoga mei atau juni nanti…sekalian pengen ke tempat mas gola gong 🙂

  10. Halim Santoso says:

    Pas mlipir ke ragusa sempet nemu tempat ini juga, tapi nggak nyangka kalo dalam nya sekeren itu. Jadi pingin baca buku2 di sana deh

  11. Nin says:

    Wah penemuan menarik… patut di kunjungi kalau saya datang ke Jakarta.
    Thanks for sharing….

  12. lagi pengen belajar sejarah, maklum dulu pembenci sejarah (maksudnya gurunya)… makasih infonya mbak, tambah satu tempat nyasar kalo lagi ke jakarta

  13. duluuuu sebulan sekali pasti main ke sini untuk dengerin musikalisasi puisi
    kapan² nenamu aah

  14. adminmadyo says:

    newseum bisa juga untuk gathering reunian kok..

  15. Kayaknya pengen mampir juga kemari

  16. wah! deket es krim ragusa ada yang kayak gini? Kok bisa kelewatan deh~ Next time mau coba mampir juga. Kayaknya unik banget isinya 😀

Leave a reply to nyonyasepatu Cancel reply